Oleh : Ari Fahrial Syam, Akademisi dan Praktisi kesehatan
REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Prof Ari Fahrial Syam, Akademisi dan Praktisi kesehatan, Dekan Fakultas Kedokteran UI
Bagi saya, seorang menteri kesehatan dengan latar belakang dokter atau bukan dokter tidak ada masalah, yang penting bisa jadi komandan yang baik dan amanah untuk Kementerian Kesehatan. Keberadaan wakil menkes yang berasal dari seorang akademisi dan praktisi klinis bisa memberikan warna untuk kepemimpinan Kementerian Kesehatan, khususnya untuk mengatasi penyakit tidak menular dan upaya-upaya pencegahan penyakit.
Secara khusus untuk penanganan masalah pandemi Covid-19, upaya-upaya yang perlu dilakukan adalah meningkatkan jumlah tes PCR secara nasional, mempercepat datangnya vaksin Covid-19 yang efikasinya tinggi, mendukung penuh proyek vaksin merah putih, mendukung untuk obat modern asli Indonesia (OMAI), khususnya sebagai suplemen mencegah Covid-19 dan memberikan perlindungan untuk tenaga medis dan tenaga kesehatan yang terlibat dalam penanggulangan Covid-19. Perlindungan bukan saja alat pelindung diri yang lengkap, tetapi juga insentif yang memadai agar mereka tetap bisa fit bekerja dan pemeriksaan swab baik antigen maupun PCR gratis secara rutin terhadap mereka.
Hal yang paling dibutuhkan agar Kemenkes segera bisa mengajak semua stake holders dengan baik. Baik itu di tingkat pusat, berkoordinasi dengan lintas departemen. Koordinasi dengan pemerintah daerah. Menteri Kesehatan juga perlu merangkul organisasi profesi kedokteran dan kesehatan dan institusi pendidikan kedokteran dan kesehatan yang memproduksi tenaga medis dan tenaga kesehatan.
Selain itu hal utama yang harus menjadi perhatian adalah pembiayaan kesehatan, distribusi tenaga kesehatan, penelitian kesehatan inovatif yang bertujuan untuk efisiensi pembiayaan kesehatan, serta upaya pencegahan penyakit. Perlu efisiensi dalam pembiayaan kesehatan karena masalahnya terjadi dari hulu sampai hilir. Ini keahlian Pak Menkes kita yang pernah memimpin beberapa perusahaan BUMN dan mantan wakil menteri BUMN untuk mengatasi masalah inefisiensi dalam pembiayaan kesehatan.
Riset kesehatan inovatif harus didukung terutama yang dilakukan oleh Lembaga penelitian atau institusi pendidikan agar bisa menghasilkan produk yang murah untuk dapat digunakan masyarakat kita. Secara nasional harus ada upaya kemandirian untuk pembuatan obat, vaksin, dan alat kesehatan yang memang di produksi dalam negeri. Hal ini harus lebih dipercepat dalam era pandemi.
Saat ini, sudah terbukti para peneliti dari lembaga penelitian, institusi pendidikan, dan industri telah menghasilkan produk-produk yang bermanfaat dalam mengatasi pandemi Covid-19 ini, misal ventilator, robot, rapid diagnostic kit, baik rapid test antibodi maupun rapid test antigen, genose dan juga pengembangan vaksin, puluhan produk inovatif dihasilkan dalam masa pandemi ini.