Kamis 28 Jan 2021 14:31 WIB

Vaksin Lemah Bisa Picu Munculnya Mutasi Virus Berbahaya

Vaksin lemah pada kondisi tertentu justru menguntungkan varian virus yang berbahaya.

Vaksin Covid-19 (ilustrasi).
Foto: www.freepik.com.
Vaksin Covid-19 (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Strain virus corona mutasi bisa lolos dari respons kekebalan tubuh yang lemah, dan membuatnya makin agresif. Pasien COVID-19 yang sudah sembuh bisa terinfeksi ulang. Artinya vaksin perlu aktualisasi.

Kasus di kota Manaus, Brasil bisa jadi contoh kecepatan luar biasa mutasi virus SARS CoV-2. Teorinya, setelah lebih 75 persen warga terinfeksi Agustus 2020, seharusnya terbentuk herd immunity. Namun bulan Desember tahun lalu, rumah sakit kembali dipenuhi pasien positif corona.

Baca Juga

Pemicunya, diduga varian virus mutasi P.1. Strain ini bisa "lolos" dari respons imunitas orang yang sembuh COVID-19 dan menyebabkan infeksi ulang. Kejelasan dari fenomena ini diharap diperoleh dari sequencing sampel virus dari pasien.

Apa yang disebut fenomena Immune Escape ini merupakan ancaman serius. Sebab, pasien COVID-19 yang sudah sembuh bisa terinfeksi ulang. Selain itu, vaksin yang sudah mendapat izin, bisa kehilangan keampuhannya dan harus terus menerus diperbarui agar tetap ampuh.

Walau begitu, sejauh ini varian virus mutasi tidak menunjukkan resistensi terhadap vaksin baru yang sudah mendapat izin, dan disuntikkan pada jutaan orang di seluruh dunia. Demikian diungkapkan Philip Krause, ketua kelompok kerja vaksin  COVID-19 Badan Kesehatan Dunia (WHO).

Baca juga : Angka Kematian Nakes di RI Tertinggi di Asia, Ketiga Dunia

"Namun ada kabar kurang baiknya, kecepatan evolusi virus ini mengindikasikan, varian ini juga bisa secepat kilat mengembangkan fenotipe yang resisten, di luar perhitungan kita," ujar Krause dalam jurnal ilmiah Science.

Evolusi varian virus

Seperti sudah diketahui, untuk berkembang biak, virus menyusupkan informasi genetikanya ke sel inang. Dan pada setiap reproduksi virus, muncul kesalahan kecil "copy" kode genetikanya. Artinya virus mengalami mutasi.

Vaksin yang sekarang digunakan untuk meredam pandemi, memberikan tekanan evolusi pada virusnya. Dengan itu varian virus melakukan seleksi alamiah dan tetap mampu melakukan reproduksi, lewat mutasi yang mampu meloloskan diri dari sistem kekebalan tubuh.

Ini tidak berarti virus yang melakukan seleksi alamiah menjadi lebih mematikan. Pasalnya, virus yang membunuh inangnya terlalu cepat akan sulit melakukan reproduksi dan akan musnah. Sementara varian virus yang lebih jinak bisa terus berkembang biak.

Walau begitu data dari New and Emerging Virus Threats Advisory Group di Inggris menyebutkan, varian virus mutasi yang mula-mula ditemukan di Inggris, 70 persen lebih cepat menyebar, melainkan juga kemungkinan bisa lebih mematikan. Tapi data yang disodorkan, sejauh ini terlalu lemah.

Baca juga : Virus Nipah Muncul di China, Berpotensi Jadi Pandemi Besar?

sumber : DW
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement