Ahad 31 Jan 2021 13:56 WIB

Riset Sebut Covid-19 Bisa Pengaruhi Siklus Menstruasi

Covid-19 mungkin mempengaruhi hormon yang berdampak pada volume dan siklus menstruasi

Rep: Puti Almas/ Red: Dwi Murdaningsih
Menghitung tanggal menstruasi. Ilustrasi
Foto: .
Menghitung tanggal menstruasi. Ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pada akhir Februari 2020, seorang perempuan bernama Alexandra Plazas-Herrera pergi ke Ibu Kota Paris, Prancis. Saat itu ia akan bekerja di Fashion Week, salah satu ajang mode terbesar di dunia yang diadakan setiap tahun.

Pandemi virus corona jenis baru (COVID-19) saat itu belum mengubah kehidupan banyak orang di weluruh dunia, termasuk ropa dan Amerika Serikat (AS). Setelah menyelesaikan pekerjaannya, Alexandra mengatakan dirinya kembali ke tempat tinggalnya di New York pada 8 Maret 2020 dan mulai merasa tidak enak badan.

Baca Juga

Namun, Alexandra hanya mengira bahwa dirinya mengalami flu atau mungkin jet lag, kelelahan yang buruk. Namun, tidak lama kemudian ia mulai batak dan kesulitan bernapas, hingga saat yang sama mengalami menstruasi yang sebenarnya sudah dialaminya pada Maret 2020 tersebut.

“Saya terkejut dan itu sangat menyakitkan. Saya mengalami penggumpalan darah yang sangat besar, bahkan saya pikir saya mengalami keguguran atau sejenisnya,” ujar Alexandra, seperti dilansir Salon.com, Ahad (31/1).

Alexandra mengatakan menstruasi yang dialaminya saat itu berlangsung selama dua minggu. Ia akhirnya mengetahui bahwa seluruh kondisi yang dialaminya adalah efek dari infeksi virus corona jenis baru (COVID-19), setelah menjalani tes yang hasilnya keluar pada 1 Mei 2020.

Hingga pada 6 Juni 2020, Alexandra dinyatakan negatif dari COVID-19. Namun, sejumlah gejala yang menyertai penyakit pada dirinya tidak kunjung sembuh, termasuk dampak terhadap siklus menstruasi.

Selama hampir enam bulan setelah terinfeksi virus corona jenis baru, Alexandra tidak mengalami menstruasi. Ia juga mengatakan sebelumnya tes hormonal menunjukkan bahwa secara keseluruhan dirinya sehat dan tidak akan ada masalah dalam upaya kehamilan yang diinginkannya.

Namun, setelah COVID-19, tes hormonal yang sama dilakukannya menunjukkan bahwa hormon Alexandra telah rusak. Ia mengunjungi dokter kandungan pada Agustus 2020, yang dari sana memberi tahu hal lebih mengejutkan, yaitu bahwa dirinya menopause pada usia 41 tahun.

“Itu adalah perubahan drastis dari hanya enam bulan sebelumnya. Tampaknya COVID-19 menyebabkan kadar FSH atau hormon perangsang folikel saya meroket,” jelas Alexandra.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement