Oleh Toni Suryaman (Pengajar SMPN 5 Tasikmalaya)
REPUBLIKA.CO.ID,Penyebaran Pandemi Covid-19 belakang ini belum menunjukkan penurunan walau sudah sepuluh bulan berlalu. Penyebaran Covid-19 tidak hanya terkonsentrasi di kota-kota besar, tetapi sudah menyebar jauh ke pelosok perkampungan. Kesadaran masyarakat akan bahaya penyebaran Covid-19 sering diabaikan.
Tidak heran, Kasus positif menunjukkan peningkatan angka fantastis dari waktu ke waktu. Pada Kamis (4/2), jumlah kasus positif sudah mencapai 11.434 kasus. Ditambah lagi dengan data ditemukannya klaster-klaster baru di kawasan pesantren. Ratusan santri terpapar meskipun pengurus pesantren sudah menerapkan protokol kesehatan secara ketat.
Tentu saja hal ini menjadi kekhawatiran tersendiri. Tidak hanya pada bidang sosial dan ekonomi namun berdampak juga pada bidang pendidikan. Rencana pemerintah dengan mengeluarkan Surat Keputusan Bersama (SKB) 4 Menteri tentang Panduan pembelajaran pada semester Genap Tahun ajaran 2020/2021 di Masa Pandemi covid-19 yang diumumkan 20 November 2020 sementara ditangguhkan. Pemerintah melalui Menteri Pendidikan, Nadiem Makarim, resmi membatalkan pembelajaran tatap muka. Dampak dari keputusan ini maka pembelajaran bagi peserta didik semester genap kembali diarahkan pada pembelajaran jarak jauh.
Berdasarkan keputusan tersebut, pihak sekolah kembali mempersiapkan pembelajaran jarak jauh dengan segudang permasalahan yang belum terpecahkan. Permasalahan tersebut antara lain mulai dari masih minimnya sarana . Banyak anak-anak yang tidak menikmati PJJ secara online karena tidak memiliki gadget dan kuota ditambah lagi dengan jaringan yang kurang mendukung,
Sejalan dengan pernyataan KPAI yang disampaikan secara langsung oleh salah satu komisioner KPAI, Retno Listyarti, selasa 11 Mei 2020 mengatakan bahwa akses listrik, internet dan kemampuan membeli dan menggunakan komputer atau ponsel yang layak untuk belajar jarak jauh sangat tidak memadai, bahkan masih menjadi kendala bagi peserta didik. Karena masih banyak peserta didik yang tidak memiliki keluasan akses untuk mengikuti pembelajaran secara online dan ekonomi peserta didik yang berbeda dengan lainnya. KPAI juga membeuat kesimpulan, PJJ telah membuat sebagian dari peserta didik kelelahan kurang istirahat dan stress. Dan ini juga menimbulkan kesenjangan antarsiswa dari sisi ekonomi. Sehingga tak heran jika KPAI menilai bahwa PJJ hanya dimiliki orang yang berada.
Meski demikian pemerintah kembali memilih solusi melaksanakan pembelajaran jarak jauh. Pembelajaran jarak jauh masih dianggap menjadi pilihan yang dianggap tepat di masa pandemi ini. Tentu saja bagi para pendidik pemilihan pembelajaran jarak jauh di masa pandemi merupakan
Kita bisa belajar dari pembelajaran jarak jauh pada semester ganjil, Dengan demikian, para peserta didik mampu menguasai materi yang diberikan. Bagaimana dan apa yang harus dilakukan guru ketika PJJ menjadi sebuah pilihan?
Guru seyogya harus kembali berpikir bagaimana merancang pembelajaran yang bermakna sehingga dapat menyajikan pembelajaran jarak jauh yang menarik siswa .Perancangan pembelajaran dirancang tidak hanya bagi peserta yang memiliki fasilitas yang bisa mengikuti kegiatan daring, namun juga dapat memberikan pelayanan bagi mereka yang tidak bisa melakukan daring karena keterbatasan sarana yang mereka miliki. Pembelajaran jarak jauh hendaknya dikembalikan pada prinsip utama yaitu pada kesehatan dan keselamatan, pengalaman belajar yang bermakna, fokus pada kecakapan hidup, pembelajaran inklusi yang sesuai dengan usia dan jenjangnya, tugas yang diberikan bervariasi serta melakukan komunikasi interaktif dan saling memberi umpan balik.
Kreativitas guru dalam menerapkan prinsip pembelajaran jarak jauh dipastikan menjadi kunci utama keberhasilan guru dalam menyampaikan pembelajaran di masa pandemi. Guru diharapkan bisa menyelenggarakan pembelajaran jarak jauh dalam jaringan (online) menggunakan gawai dan aplikasi pembelajaran. maupun pembelajaran jarak jauh luar jaringan (luring) menggunakan televisi, radio, modul pembelajaran mandiri dan lembar kerja.
Rancangan Pembelajaran Berbasis Aktivitas (PBA) yang diluncurkan Kemdikbud merupakan pedoman penyusuanan rancangan pembelajaran di masa Pandemi. Perancangan pembelajaran ini memberikan arahan bagaimana guru menyusun rancangan pembelajaran yang efektif dan menyenangkan. Pembelajaran disusun secara cermat melibatkan aktivitas peserta didik.
Pembelajaran berbasis aktivitas melibatkan siswa untuk terlibat langsung. Siswa diberikan aktivitas yang terukur sesuai materi pembelajaran. siswa tidak lagi dibebankan dengan berbagai tugas yang membuat anak merasa bosan dan tertekan. Rancangan pembelajaran berbasis aktivitas ini mengajak siswa untuk terlibat aktif dalam proses pembelajaran tanpa merasa terbebani. Cara pembelajaran ini diharapkan akan memberikan energi positif yang menjadikan pembelajaran lebih interaktif.
Pengoptimalkan Pemanfaatan fasilitas belajar akun belajar.id dari kemdikbud diprediksi dapat membantu siswa lebih interaktif dalam belajar. Selain itu pun guru hendaknya lebih banyak memanfaatkan sumber dan media yang disediakan pemerintah.
Diharapkan dengan memperhatikan prinsip–prinsip pembelajaran jarak jauh dan kreativitas guru dalam merancang pembelajaran berbasis aktivitas dapat meminimalisasi kekurangan dan kendala yang dialami pembelajaran jarak jauh pada masa lalu. Pembelajaran jarak jauh tidak lagi milik peserta didik yang memiliki kelengkapan fasilitas namun juga dapat dinikmati oleh mereka yang tidak memiliki fasilitas, sehingga keberhasilan pembelajaran di masa pandemi dapat dirasakan semua pihak.