Oleh : Endro Yuwanto/Jurnalis Republika
REPUBLIKA.CO.ID, Tak ada kata menua agaknya cocok disematkan pada sosok Zlatan Ibrahimovic. Striker veteran AC Milan itu telah membuktikan bahwa umur hanya sebatas deretan angka.
Pada usianya yang ke-39 tahun, tiga bulan, dan 25 hari, Ibrahimovic menambah catatan dua gol bersama AC Milan. Sang penyerang kini telah mencetak 14 gol dan satu assist dari 11 laga bersama skuad Rossoneri musim ini.
Dua gol terbaru Ibra tercipta dalam kemenangan 4-0 Milan atas Crotone pada laga pekan ke-21 Serie A Italia, Ahad, 7 Februari 2021. Ibra mencetak gol pada menit ke-30 dan 64.
Gol pertama Ibra ke gawang Crotone membuatnya masuk dalam catatan sejarah pemain yang mencetak 500 gol atau lebih di level klub. Penyerang dengan tinggi hampir dua meter ini telah total mencetak 501 gol untuk klub yang pernah dibelanya.
Ibra kini memasuki musim ke-24 sebagai seorang profesional setelah bermain untuk sembilan klub berbeda sejak memulai kariernya bersama Malmo pada 1999 silam. Dua gol terbarunya adalah gol ke-82 dan 83 dengan seragam Milan yang tersebar di dua periode.
Berkat performa Ibra yang tidak menurun menjelang kepala empat, pria yang menjadikan petinju Mohammad Ali sebagai role model ini sukses membawa AC Milan kembali ke puncak klasemen sementara Serie A dengan 49 poin. AC Milan selisih dua poin atas Inter Milan yang sempat duduk di posisi tersebut sehari sebelumnya.
Sudah menjadi rahasia umum, permainan sepak bola membutuhkan pemain dengan kondisi prima. Tak heran, pelatih Manchester United saat ini, Ole Gunnar Solskjaer, ngotot membawa misi regenerasi dalam skuadnya musim ini. Solskjaer memberi kesempatan lebih pada pemain muda untuk unjuk kemampuan.
Solskjaer tentu tak salah. Elemen terpenting dalam semua olahraga adalah fisik yang prima. Seperti banyak diketahui, apabila seorang atlet bertambah usia maka akan berkurang kemampuan fisiknya. Jadi, terlalu berlebihan apabila mengharapkan pemain di atas 35 tahun berlari secepat pemain usia 20 tahunan.
Belum lagi, soal regenerasi dan kebutuhan taktik. Setiap musim kompetisi pasti ada pemain baru di sebuah klub entah dari transfer atau jebolan akademi. Keberadaan pemain ini pun pasti secara tidak langsung akan menggusur pemain tua ke bangku cadangan sehingga tidak menjadi pilihan utama lagi.
Faktor-faktor itu dan juga tekanan mental dari suporter, klub, keluarga, serta lingkungannya menjadi alasan mengapa pemain memutuskan untuk pensiun dari jagad sepak bola ketika sudah berusia di atas 30 tahun. Masih ada lagi faktor finansial yang biasanya berasal dari kebijakan klub. Apalagi, di Eropa yang biasanya tidak tertarik lagi dengan performa pemain usia tua karena tidak bisa optimal lagi menjaga ritme permainan.
Klub sepak bola papan atas Eropa diyakini akan kesulitan di masa depan jika terlalu menggantungkan harapan pada pemain berusia tua. Meski demikian, sekali lagi, usia tua tak selamanya menghalangi pesepak bola top Eropa untuk beraksi.
Pengecualian bisa berlaku pada pemain-pemain yang mampu menjaga stamina dan pola hidupnya dengan baik sehingga masih bisa tampil konsisten, meski sudah berusia kepala tiga. Ibra bisa menjadi contoh paling shahih. Di usia yang mendekati kepala empat, ketajamannya dalam merobek gawang lawan tetap terjaga.
Siapa pun tak akan terkejut menyaksikan performa Ibra yang tetap stabil. Apalagi, pelatih AC Milan Stefano Pioli mengakui, Ibra rutin berlatih dengan keras layaknya para pemain muda.
Ibra bisa berada dan bertahan di level ini karena berjuang keras untuk menjaga fisiknya. Tak hanya persoalan fisik, pria Swedia ini dikenal sebagai seorang atlet yang memiliki motivasi tinggi.
Ibra pun sangat tekun merawat tubuhnya dengan segala hal, mulai dari diet hingga pemulihan dari cedera. Sehingga, ketika semua upaya itu dilakukan Ibra, seakan tak ada kata menua bagi dirinya.