Jumat 12 Feb 2021 14:26 WIB

Long Covid Bukan Covid-19 yang Masih Terjadi

Keluhan long Covid-19 umumnya dialami penyintas yang terinfeksi Covid berat.

Ilustrasi Covid-19. Long Covid bukanlah Covid-19 yang masih terjadi. Kondisi tersebut merupakan keluhan setelah pasien sembuh.
Foto: Pixabay
Ilustrasi Covid-19. Long Covid bukanlah Covid-19 yang masih terjadi. Kondisi tersebut merupakan keluhan setelah pasien sembuh.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dokter spesialis paru lulusan Universitas Brawijaya, Sylvia Sagita Siahaan, mengatakan, long Covid bukanlah Covid-19 yang masih terjadi. Kondisi tersebut merupakan keluhan setelah pasien sembuh.

"Mereka (dengan long Covid) terus ada keluhan dan ternyata paling banyak dirasakan dari paru seperti sesak, batuk. Di organ lain termasuk jantung, berhubungan dengan sel saraf, gangguan penciuman, kelainan otak seperti sering linglung, lupa dan cenderung seperti depresi," kata dia dalam bincang interaktif yang digelar INSISI, Kamis (11/2) malam.

Baca Juga

Keluhan ini umumnya dialami mereka yang terkena Covid-19 gejala sedang dan berat atau kritis. Durasi keluhan bisa berbulan-bulan meskipun hasil pemeriksaan klinis menunjukkan kondisi pasien sudah normal.

"Ada pasien saya post (Covid-19) dari ICU, masih muda. Sudah selesai terkena Covid-19 dia merasa takut bersepeda, apalagi kalau sendirian. Takut tidak bisa pada trek menanjak, cemas tiba-tiba sesak. Padahal secara pemeriksaan tidak apa-apa," tutur Sylvia.

Kriteria seseorang dinyatakan sembuh dari Covid-19 saat hasil tes PCR menunjukkan dua kali negatif dalam jangka waktu lebih dari 24 jam. Jadi, apabila dua hasil tes PCR sudah menyatakan negatif barulah dia disebut sembuh, terutama apabila disertai perbaikan dari hasil pemeriksaan klinis seperti rontgen ataupun laboratorium.

Menurut Sylvia, penyintas Covid-19 yang kembali menjalani perawatan karena merasakan gejala penyakit akibat virus SARS-CoV-2 kemungkinan mengalami long Covid bukannya reinfeksi yang kasusnya relatif jarang. "Yang penting kalau sudah melewati masa akut Covid-19, sudah ada konversi swab atau sempat negatif dengan perbaikan klinis, saya rasa dia sudah sembuh. Secara teori memang virus hanya 10 hari ada di dalam tubuh, hanya di satu sisi penyakit ini baru masih banyak yang harus kita pelajari," tutur dia.

Perbaikan gejala yang merupakan sisa kerusakan akibat Covid-19 biasanya membutuhkan waktu. Orang perlu menyesuaikan kondisi diri saat akan melakukan aktivitas atau dengan kata lain tak memaksakan diri.

Pakar kesehatan dari Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskuler Indonesia (PERKI), Vito A. Damay mengingatkan penyintas Covid-19 sembari menunggu gejala pulih tetap memberikan tubuh asupan makanan bergizi seimbang, termasuk protein dan zat miko. "Asupan gizi dipenuhi, makan protein yang banyak supaya pembentukan sel kembali baik, konsumsi zinc, antioksidan, vitamin E untuk pemulihan," ujar dia.

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement