REPUBLIKA.CO.ID, TOKYO -- Para astronom menguji metode untuk merekonstruksi keadaan alam semesta awal. Ilmuwan menerapkan 4.000 simulasi alam semesta menggunakan superkomputer ATERUI II di National Astronomical Observatory of Japan (NAOJ).
Mereka menemukan bahwa bersama dengan pengamatan baru, metode ini dapat menetapkan batasan yang lebih baik pada inflasi, salah satu peristiwa paling misterius dalam sejarah alam semesta.
Metode tersebut dapat mempersingkat waktu pengamatan yang diperlukan untuk membedakan berbagai teori inflasi. Dilansir di Eureka Alert, Rabu (17/2), tepat setelah alam semesta muncul 13,8 miliar tahun yang lalu, tiba-tiba ukurannya bertambah lebih dari satu triliun kali lipat, dalam waktu kurang dari sepersejuta triliun mikrodetik.
Tidak ada yang tahu bagaimana atau mengapa bertambahnya volume atau inflasi ini terjadi. "Inflasi" yang tiba-tiba ini, adalah salah satu misteri terpenting dalam astronomi modern.
Inflasi seharusnya menciptakan fluktuasi kepadatan primordial (paling dasar) yang akan mempengaruhi distribusi di mana galaksi berkembang. Dengan demikian, pemetaan distribusi galaksi dapat menyingkirkan model inflasi yang tidak cocok dengan data yang diamati.
Namun, proses selain inflasi juga memengaruhi distribusi galaksi, sehingga sulit untuk mendapatkan informasi tentang inflasi secara langsung dari pengamatan struktur skala besar Alam Semesta.
Secara khusus, pertumbuhan kelompok galaksi yang didorong oleh gravitasi dapat mengaburkan fluktuasi kepadatan primordial. Sebuah tim peneliti yang dipimpin oleh Masato Shirasaki, asisten profesor di NAOJ dan Institut Matematika Statistik, berpikir untuk menerapkan 'metode rekonstruksi' untuk memutar mundur waktu dan menghilangkan efek gravitasi dari struktur skala besar.
Mereka menggunakan ATERUI II, superkomputer tercepat di dunia yang didedikasikan untuk simulasi astronomi, untuk menciptakan 4000 alam semesta tersimulasi dan mengembangkannya melalui pertumbuhan yang didorong oleh gravitasi.
Mereka kemudian menerapkan metode ini untuk melihat seberapa baik ia merekonstruksi keadaan awal simulasi. Tim menemukan bahwa metode mereka dapat mengoreksi efek gravitasi dan meningkatkan batasan pada fluktuasi kepadatan primordial.
"Kami menemukan bahwa metode ini sangat efektif," kata Shirasaki.
Dengan menggunakan metode ini, lata Shirasaki, kami dapat memverifikasi teori inflasi dengan kira-kira sepersepuluh jumlah data. "Metode ini dapat mempersingkat waktu pengamatan yang diperlukan dalam misi survei galaksi yang akan datang seperti SuMIRe oleh Teleskop Subaru NAOJ." ujarnya.