REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kepala Lembaga Layanan Pendidikan Tinggi (LLDikti) Wilayah I Ibnu Hajar mengatakan terdapat tiga hal yang perlu ditingkatkan dalam pendidikan tinggi, dalam program Merdeka Belajar. Tiga hal tersebut adalah kurikulum, dosen, dan lulusan.
Ia menjelaskan, kurikulum pendidikan tinggi harus fleksibel dan arahnya lebih kepada kolaboratif dan pemecahan masalah. Kurikulum juga harus berstandar tinggi serta adaptif terhadap keadaan regional dan internasional.
"Esensinya cukup simple. Jadi lulusan bisa bekerja, dosen memahami apa yang harus disampaikan karena kebutuhan masyarakat dia pahami, lalu kurikulumnya itu lebih mengarah pada menghasilkan lulusan yang kolaboratif dan kemampuan memecahkan masalah," kata Ibnu, saat mengisi webinar Implementasi Kurikulum Merdeka Belajar UPBJJ-UT Medan, Selasa (6/4).
Menurutnya, sasaran utama adalah lulusan. Selepas dari pendidikan tinggi, lulusan diharapkan mendapatkan pekerjaan dan mendapat pengalaman di luar bidang ilmunya.
Itulah alasan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) memberi kesempatan mahasiswa belajar di luar kampusnya, dan memberikan kredit untuk mahasiswa yang bersangkutan. Dosen juga didorong untuk memiliki pengalaman langsung di Industri.
"Jadi tidak hanya mahasiswa, tapi dosennya juga. Maka dosen diperkuat untuk bisa punya pengalaman," kata dia lagi.
LLDikti melihat setidaknya mahasiswa harus memiliki empat kemampuan di era digital ini. Kemampuan komunikasi menjadi penting, bukan saja secara lisan dan tulis namun juga kemampuan memanfaatkan potensi digital.
Selain itu, kemampuan kolaborasi juga penting khususnya dalam membangun akses kerja sama. "Mampu menghubungkan diri dengan berbagai aspek di luar dirinya," kata Ibnu menjelaskan.
Ibnu menambahkan, mahasiswa juga harus mampu berpikir kreatif dan menghasilkan inovasi. Kemampuan terakhir yang penting bagi mahasiswa masa kini adalah kemampuan memecahkan masalah dan berpikir kritis.