REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Tahun 2020 menjadi tahun berat bagi penjualan smartphone. Pengiriman turun tujuh persen karena kondisi pasar yang disebabkan oleh pandemi Covid-19.
Para analys di Canalys memprediksi 2021 pasar akan pulih. Analis memperkirakan itu akan mendekat titik kritis dalam adopsi 5G.
Pasar smartphone akan bangkit setelah negara-negara mulai mengendalikan pandemi. Namun, kenaikan itu akan dibatasi oleh kekurangan komponen yang telah menaikkan harga barang elektronik. Kelangkaan komponen juga telah menyebabkan produsen menunda atau bahkan membatalkan peluncuran produk.
Dengan segala keterbatasan itu, pengiriman smartphone global diperkirakan mencapai 1,4 miliar unit tahun ini, naik 12 persen dibandingkan tahun lalu.
Dilansir dari GSMArena, Selasa (15/6), Gartner memperkirakan peningkatan 11,4 persen. IDC lebih konservatif dan memprediksi 1,38 miliar unit dikirimkan untuk peningkatan 7,7 persen.
Produsen akan mencoba untuk membuat keuntungan paling banyak dari persediaan yang terbatas. Artinya, pabrikan akan memprioritaskan pasar yang lebih makmur seperti China, AS dan Eropa Barat dengan mengorbankan Amerika Latin dan Afrika di mana margin keuntungan lebih tipis.
Para analis memperkirakan bahwa tahun depan smartphone 5G akan menyalip model 4G dalam hal pengiriman. Model 5G menghasilkan 37 persen dari pengiriman global di Q1, jumlah yang diperkirakan akan meningkat menjadi 43 persen untuk tahun penuh 2021.
Sebagian besar pertumbuhan ini didorong oleh model yang terjangkau-pada akhir tahun perangkat di bawah 300 dolar Amerika Serikat (AS) akan mencakup 32 persen dari semua ponsel pintar 5G yang dikirimkan.