Selasa 15 Jun 2021 19:41 WIB

Pendidikan Vokasi Harus Mampu Hadirkan Siswa Entrepreneur

Selama ini pemerintah masih mendorong pendidikan vokasi hanya untuk mencari kerja.

Rep: Inas Widyanuratikah/ Red: Gita Amanda
Siswa merakit alat deteksi Covid-19 GeNose C19 di SMK-SMTI Yogyakarta, Rabu (19/5). SMK-SMTI menjadi salah satu tempat perakitan alat deteksi Covid-19 GeNose C19 melalui konsorsium pengembang GeNose C19. Ini menjadi salah satu kerjasama antara unit pendidikan dan industri melalui pengembangan pembelajaran. Sehingga menunjukkan bahwa pendidikan vokasi saat ini sudah menjawab kebutuhan industri saat ini. Hingga kini 5 ribu unit GeNose C19 sudah dirakit di SMK-SMTI Yogyakarta.
Foto: Wihdan Hidayat / Republika
Siswa merakit alat deteksi Covid-19 GeNose C19 di SMK-SMTI Yogyakarta, Rabu (19/5). SMK-SMTI menjadi salah satu tempat perakitan alat deteksi Covid-19 GeNose C19 melalui konsorsium pengembang GeNose C19. Ini menjadi salah satu kerjasama antara unit pendidikan dan industri melalui pengembangan pembelajaran. Sehingga menunjukkan bahwa pendidikan vokasi saat ini sudah menjawab kebutuhan industri saat ini. Hingga kini 5 ribu unit GeNose C19 sudah dirakit di SMK-SMTI Yogyakarta.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Anggota Komisi X DPR RI Ledia Hanifa Amaliah mendorong agar pendidikan vokasi tidak hanya menciptakan siswa siap kerja, namun juga harus mampu mencetak siswa yang bisa menciptakan lapangan kerja. Pernyataan tersebut dia ungkapkan saat rapat kerja Komisi X dengan Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi Nadiem Makarim.

Ledia berpandangan, selama ini pemerintah masih mendorong pendidikan vokasi hanya untuk mencari kerja. Padahal, hal yang tidak kalah penting adalah menciptakan lapangan kerja sehingga bisa mengurangi angka pengangguran.

 

"Terkait dengan pendidikan vokasi, kami masih memandang bahwa program yang dibuat bobotnya masih untuk mencari kerja, bukan untuk menciptakan kerja. Karenanya kita ke depan harus makin mengutakan kemampuan siswa dan mahasiswa vokasi kita agar mereka mampu menciptakan lapangan kerja," kata Ledia, dalam keterangannya, Selasa (15/6).

Masalah pengangguran masih menjadi kendala di Indonesia. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) jumlah pengangguran di Indonesia mencapai 8,75 juta orang pada Februari 2021. Salah satu cara untuk menjawab masalah pengangguran adalah menciptakan lapangan kerja baru.

Sampai saat ini belum ada solusi untuk mengatasi masalah penciptaan lapangan kerja, maka upaya menghadirkan lulusan vokasi yang berkualitas akan sia-sia. Sebab, ketika lulus pun para jebolan pendidikan vokasi tetap sulit mendapatkan pekerjaan.

Di dalam kesempatan tersebut, Politisi Fraksi PKS ini juga menyinggung soal riset dan inovasi di perguruan tinggi. Menurutnya di tahun anggaran 2022, riset dan inovasi belum tersentuh.

"Padahal itu amanat Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2019 tentang Sistem Nasional Ilmu Pengetahuan dan Teknologi. Riset dasar harus berkembang dari perguruan tinggi, dari situ akan berkembang riset terapan dan inovasi-inovasi," kata dia lagi.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement