REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Covid-19 dapat memicu terjadinya masalah kognitif dan perilaku pada sebagian pasien. Masalah ini bisa terjadi bahkan setelah beberapa bulan pasien dipulangkan dari rumah sakit.
Hal ini diungkapkan dalam sebuah studi terbaru yang dipresentasikan pada Congress of the European Academy of Neurology (EAN) ketujuh. Studi ini juga mengungkapkan bahwa satu dari lima pasien Covid-19 yang terlibat dalam studi mengalami gangguan stres pascatrauma (PTSD) dan sekitar 16 persen pasien mengalami gejala depresif.
Para pasien yang menjadi partisipan dalam studi ini diminta untuk menjalani pemindaian otak MRI dua bulan setelah gejala Covid-19 mereka muncul. Para partisipan juga diminta untuk menjalani tes kemampuan neurokognitif.
Hasil studi menunjukkan bahwa lebih dari 50 persen pasien Covid-19 mengalami gangguan kognitif. Selain itu, sebanyak 16 persen lainnya mengalami masalah dengan fungsi eksekutif mereka.
Fungsi eksekutif ini meliputi kemampuan untuk mengatur memori kerja, pemikiran fleksibel, dan pemrosesan informasi. Studi juga mendapati bahwa enam persen pasien mengalami masalah visuospasial, seperti kesulitan untuk menilai kedalaman dan melihat kontras.
Sekitar enam persen pasien juga mengalami gangguan daya ingat. Di samping itu, sebanyak 25 persen pasien mengalami kombinasi dari seluruh gejala-gejala tersebut.
Tim peneliti pun mendapati bahwa masalah kognitif dan psikopatologis cenderung lebih buruk pada kelompok pasien berusia lebih muda. Mayoritas pasien berusia di bawah 50 tahun juga menunjukkan masalah pada fungsi eksekutif.
Berdasarkan keseluruhan sampel, gejala pernapasan akut Covid-19 yang berat pada pasien rawat-inap di rumah sakit berkaitan dengan performa fungsi eksekutif yang rendah.
"Studi kami mengonfirmasi masalah perilaku dan kognitif yang signifikan berkaitan dengan Covid-19 dan bertahan beberapa bulan setelah remisi penyakit," jelas ketua tim peneliti dari Scientific Institute dan University Vita-Salute San Raffaele Prof Massimo Filippi, seperti dilansir Times Now News.