Selasa 06 Jul 2021 23:10 WIB

Elon Musk Sebut Buat Mobil Full Self Driving Rumit

Mobil full self driving sangat rumit karena harus bisa melakukan banyak fungsi.

Rep: Eric Iskandarsjah Z/ Red: Dwi Murdaningsih
Bos Tesla Elon Musk mengalami gejala demam. Ia telah menjalani empat kali rapid antigen test dan hasil tes membuatnya mempertanyakan akurasi pengujian.
Foto: EPA
Bos Tesla Elon Musk mengalami gejala demam. Ia telah menjalani empat kali rapid antigen test dan hasil tes membuatnya mempertanyakan akurasi pengujian.

REPUBLIKA.CO.ID, CALIFORNIA -- Tesla masih terus menyempurnakan fitur full self driving (FSD) atau sistem kendali otonom level 5. Penyempurnaan ini memang membutuhkan waktu yang tak sebentar mengingat fitur ini merupakan fitur yang kompleks.

Tahun lalu, CEO Tesla, Elon Musk pun sempat mengakui hal itu. Dikutip dari Car Advice pada Selasa (6/7), baru-baru ini Elon Musk juga masih menegaskan hal yang sama.

Baca Juga

"FSD adalah hal yang rumit. Fitur ini membutuhkan artificial intelligence yang mampu menjawab persoalan dalam dunia nyata," kata Elon Musk.

Fitur ini terbilang rumit karena beragam sensor dituntut untuk mampu mendeteksi jalur yang tepat, mendeteksi kendaraan lain, rambu-rambu lalu lintas dan pedestrian. Selain itu, sensor dalam FSD juga dituntut untuk mampu memprediksi aksi dari pengemudi lain dan pedestrian.

Agar mampu memberikan keputusan yang tepat, fitur ini perlu dibekali dengan sejumlah sensor yang mampu bekerja secara bersamaan dengan reaksi yang sangat cepat. Bahkan, kecepatan respons dari sistem ini dinilai membutuhkan processing speeds tingkat tinggi dan belum pernah didapati dalam industri otomotif sebelumnya.

Kerumitan yang diakui oleh Elon Musk pun sempat diamini oleh Waymo. Chief Executive Waymo, John Krafcik mengatakan, menghadirkan kendaraan otonom adalah hal yang sangat menantang dan bahkan hal ini bisa dibilang lebih menantang dibandingkan dengan meluncurkan roket dan memastikan roket itu berada dalam orbit yang tepat.

"Ini sangat menantang karena kami harus memastikan bahwa kendaraan otonom mampu beroperasi dengan aman," kata John Krafcik, dilansir dari Financial Times.

Oleh karena itu, ia mengungkap bahwa pengembangan kendaraan otonom memang berjalan dengan lambat, penuh kendala dan membutuhkan anggaran yang sangat besar.

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement