Ahad 18 Jul 2021 17:22 WIB

Seberapa Baik Vaksin Covid-19 Bekerja Terhadap Varian Delta?

Varian Delta melonjak di negara dengan tingkat vaksinasi rendah.

Rep: Desy Susilawati/ Red: Qommarria Rostanti
Vaksin Covid-19 (ilustrasi).
Foto: Antara/Umarul Faruq
Vaksin Covid-19 (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Varian Delta telah menyebar ke banyak negara di seluruh dunia. Studi menunjukkan, varian Delta diperkirakan 60 persen lebih menular dibandingkan varian Alpha.

Selain itu, daerah dengan tingkat vaksinasi rendah lebih mungkin untuk melihat lonjakan infeksi virus corona. “Populasi yang tidak divaksinasi berisiko tinggi untuk terinfeksi. Jika varian ini terus bergerak cepat, terutama di daerah dengan tingkat vaksinasi rendah, AS dapat melihat lonjakan infeksi SARS-CoV-2,” ujar Kepala Penyakit Menular di Rumah Sakit Pendidikan Long Island Jewish Forest Hills di Queens, New York, dr Miriam Smith, seperti dilansir di laman Healthline, Ahad (18/7).

Direktur Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) Amerika Serikat (AS), dr Rochelle Walensky, mengeluarkan peringatan tentang potensi lonjakan ini pada awal Juli. Dia mengatakan, data awal menunjukkan 99,5 persen orang yang meninggal karena Covid-19 sejak Januari adalah mereka yang tidak divaksinasi. “Varian Delta saat ini melonjak di negara dengan tingkat vaksinasi rendah,” ujarnya.

Sebuah studi di Inggris menemukan varian Delta dua kali lebih mungkin menyebabkan rawat inap. Vaksin AstraZeneca-Oxford dan Pfizer-BioNTech Covid-19 dinilai efektif mengurangi risiko tersebut.

“Kami juga tahu bahwa vaksin resmi kami mencegah penyakit parah, rawat inap, dan kematian akibat varian delta,” kata Walensky.

Ketua sementara kedokteran di Staten Island University Hospital di New York, dr Theodore Strange, mengatakan, keamanan dan kemanjuran vaksin saat ini sangat jelas. "Ketiga vaksin ini memang berfungsi untuk mencegah penyakit dan penyebaran penyakit, dan sama amannya dengan vaksin lain yang telah digunakan. Meskipun beberapa efek samping telah dilaporkan, masalah ini jarang terjadi dan dapat diobati," ujarnya.

Ketiga vaksin tersebut terbukti efektif dalam berbagai tingkatan terhadap varian asli virus corona, SARS-CoV-2, penyebab Covid-19. Namun, sejak varian Delta muncul, para ilmuwan mencoba untuk memastikan apakah vaksin ini efektif melawannya.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan, data yang ada sejauh ini mendukung klaim bahwa vaksin Pfizer-BioNTech dan AstraZeneca bekerja melawan pencegahan Covid-19 parah yang disebabkan oleh varian Delta.

Vaksin mungkin menawarkan perlindungan yang lebih sedikit terhadap penyakit simtomatik yang lebih ringan yang disebabkan oleh Delta. Meski begitu, penelitian masih menunjukkan orang yang divaksinasi sepenuhnya mempertahankan perlindungan yang signifikan terhadap varian Delta.

Menerima rejimen penuh dua dosis vaksin mRNA Covid-19, seperti vaksin Pfizer-BioNTech atau Moderna terbukti jauh lebih efektif melawan varian delta. Strange mengatakan, program vaksinasi dengan vaksin apa pun yang tersedia saat ini adalah satu-satunya cara untuk memutus siklus penyebaran virus corona. Vaksin yang masuk ke tubuh tidak akan membiarkan virus menginfeksi inang yang tidak divaksinasi dan kemudian bermutasi menjadi varian seperti Delta. 

"Vaksin ini aman dan dengan tingkat kemanjuran tinggi untuk mencegah morbiditas dan mortalitas lebih lanjut,” kata Strange.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement