Senin 16 Aug 2021 05:39 WIB

Menjamah Titik Nol Covid-19

Akumulasi dari kekecewaan itu membuat masyarakat memilah informasi Covid-19.

Red: Joko Sadewo
Aksi menolak Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) oleh massa gabungan pelajar, mahasiswa, pedagang dan ojol di Kawasan Balai Kota, Jalan Wastukancana, Kota Bandung, Rabu (21/7). Mereka berharap pemerintah segera menghentikan PPKM, karena kebijakan tersebut dianggap telah menyengsarakan rakyat.
Foto: Edi Yusuf/Republika
Aksi menolak Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) oleh massa gabungan pelajar, mahasiswa, pedagang dan ojol di Kawasan Balai Kota, Jalan Wastukancana, Kota Bandung, Rabu (21/7). Mereka berharap pemerintah segera menghentikan PPKM, karena kebijakan tersebut dianggap telah menyengsarakan rakyat.

Oleh : Ilham Tirta, Jurnalis Republika.co.id

REPUBLIKA.CO.ID, Sebanyak 43,3 persen masyarakat Indonesia tidak percaya terhadap data Covid-19. Hasil survei terbaru Charta Politika (Kamis, 12/8) itu begitu mencengangkan di tengah maraknya aturan pembatasan jarak sosial yang dilakukan pemerintah. Tingkat kepercayaan masyarakat seakan tidak terpengaruh oleh daya rusak varian Delta yang digembar-gemborkan pemerintah, tepat ketika responden menjawab pertanyaan surveyor pada 12-20 Juli 2021. 

Data itu muncul setelah lebih dari satu tahun Indonesia menyatakan perang terhadap Covid-19. Sudah begitu banyak energi yang terbuang, baik ekonomi maupun kesehatan, dalam melawan penularan bala penyakit dari Kota Wuhan, Cina tersebut. Lebih dari 1.000 orang tenaga kesehatan, baik dokter dan perawat telah gugur. Resesi ekonomi pun tak terbantahkan. Namun, semua itu tidak akan berarti ketika patisipasi masyarakat menunjukan angka minim.

Penulis sengaja memberi garis besar tulisan ini dengan 'Titik Nol Covid-19'. Bukan ingin mengembalikan kita kepada diskusi panjang terkait salah dan tidaknya penanganan pandemi. Penulis ingin sedikit mengulas akar pesoalan dari titik terbawah pranata sosial kita, yaitu desa. Bukankah Charta Politika juga menarik responden dari 120 desa dalam mengabil kesimpulan di atas?!

Penulis meyakini ada sejumlah alasan kenapa masyarakat banyak menolak mempercayai data pemerintah. Bukan saja data, kalau mereka ditanyakan lebih ke dasar, maka mereka tidak akan ragu menyatakan 'Tidak percaya adanya Covid-19'.