REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Merasa lelah sepanjang waktu bisa menjadi salah satu tanda kekurangan protein. Jika mengalami hal itu, atau gejala lain seperti rambut menipis, kuku rapuh, dan kulit kering, ada baiknya berkonsultasi dengan dokter soal asupan nutrisi.
Protein adalah makronutrien kompleks yang membentuk blok bangunan berbagai bagian tubuh, termasuk otot, tulang, kulit, rambut, kuku, dan organ lain. Mengalami defisiensi atau kekurangan protein bisa mengganggu fungsi tubuh.
Kekurangan protein memang dapat diatasi sendiri dengan meningkatkan asupan makanan yang memiliki kandungan protein tinggi seperti telur, salmon, dan lentil. Akan tetapi, ada kondisi mendasar yang hanya dapat didiagnosis dokter.
Bahan penyusun hampir semua yang ada di tubuh tersebut sebenarnya adalah zat nutrisi kompleks yang ada di semua organisme hidup. Protein terlibat langsung dalam proses kimia yang penting bagi kehidupan.
Protein pertama kali dikenali oleh ahli kimia Swedia Jöns Jacob Berzeliusada pada awal abad ke-19, tepatnya 1838. Dia menciptakan istilah protein, berasal dari bahasa Yunani "prōteios", yang berarti "memegang tempat pertama".
Tidak hanya penting untuk tubuh, asupan protein yang cukup juga punya banyak manfaat. Studi yang diterbitkan pada 2015 di Journal of Nutrition menemukan manfaatnya pada remaja yang mengonsumsi camilan sore berprotein tinggi.
Remaja menunjukkan peningkatan rasa kenyang, suasana hati yang lebih baik, dan aspek kognisi yang lebih baik. Mereka juga tidak makan berlebihan yang memicu gangguan makan, sehingga berat badan tetap terkendali.
Seberapa banyak asupan protein ideal dalam sehari tergantung pada total kalori yang dibutuhkan atau dikonsumsi oleh individu. Pedoman mudahnya, 10 hingga 35 persen kalori harian harus berasal dari protein.
Kebanyakan orang membutuhkan 20 hingga 30 gram protein per makanan. Mereka yang bukan atlet butuh sekitar 0,8 gram protein per kilogram berat badan per hari. Sementara, atlet mungkin membutuhkan lebih banyak dari itu.
Apabila seseorang kekurangan protein yang juga disebut hipoproteinemia, akan muncul berbagai gejala berdasarkan tingkat keparahan. Defisiensi ringan bisa ditandai nafsu makan yang meningkat untuk makanan berprotein.