REPUBLIKA.CO.ID, Oleh Irfan Mahendra
Kepadatan lalu lintas di DKI Jakarta terus meningkat. Hal ini juga yang menyebabkan tingkat kemacetan semakin tinggi, dan menimbulkan kerugian di masyarakat. Menurut Arie Setiadi Moerwanto, kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, kerugian yang diakibatkan kemacetan di Jakarta mencapai Rp 65 triliun per tahun (sumber: Republika, 2015).
Sementara itu, berdasarkan laporan dari Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI), yang dikutip Andri Yansyah, kepala Dinas Perhubungan DKI Jakarta, kerugian masyarakat dari dampak kemacetan di sejumlah wilayah Jakarta mencapai sebesar Rp 150 triliun per tahun (Koran-Jakarta, 2016).
Kondisi inilah yang kemudian melatarbelakangi lahirnya moda transportasi umum menggunakan sepeda motor yang dapat diakses secara online, yang dikenal dengan istilah ojek online.
Layanan ojek online ini didukung dengan software aplikasi berbasis android, yang dapat menghubungkan driver ojek dengan pelanggan yang membutuhkan jasa ojek. Aplikasi ini memberi kemudahan bagi pengguna jasa ojek untuk mendapatkan layanan transportasi umum yang cepat dengan biaya yang terjangkau.
Dengan menggunakan aplikasi ini, para pengguna ojek tidak perlu lagi mencari ojek ke pangkalan ojek. Pelanggan bisa mendapatkan layanan ojek sesuai dengan kebutuhannya, dengan mengakses aplikasi ojek online melalui smartphone. Kemudian driver yang menerima pesanan akan menjemput pengguna jasa tersebut ke lokasi yang telah ditentukannya pada saat memesan layanan.
Dalam perkembangannya, selain memberikan layanan transportasi (jemput-antar), layanan ojek online juga memberikan layanan lain, seperti pemesanan makanan, pengiriman barang, hingga menyediakan jasa pijat dan cleaning service, dan lain-lain.
PT Go-Jek Indonesia, merupakan perusahaan pertama yang memulai bisnis transportasi online ini. PT Go-Jek Indonesia berdiri pada tahun 2010. Dalam menjalankan bisnisnya, PT Gojek Indonesia mengembangkan aplikasi berbasis android yang dikenal dengan Aplikasi Go-Jek. Hingga Juni 2016, Aplikasi Go-Jek telah diunduh sebanyak hampir 10 juta kali di Google Play pada sistem operasi Android (Sumber: wikipedia, 2016).
Berdasarkan data yang dirilis melalui website resminya, hingga tahun 2016 ini PT Go-Jek Indonesia telah bermitra dengan sekitar 200.000 driver ojek yang tersebar di sepuluh kota besar di Indonesia, di antaranya Jakarta, Bandung, Bali, Surabaya, Makassar, Yogyakarta, Medan, Semarang, Palembang, dan Balikpapan (Sumber : Go-jek Indonesia, 2016).
Sejak tahun 2015, bisnis ojek online mulai ramai dengan munculnya para pesaing, seperti GrabBike, Uber Motor, dan banyak penyedia jasa ojek online lainnya. Meningkatnya persaingan, membuat Go-Jek Indonesia harus terus meningkatkan keunggulan bersaingnya, yakni dengan meningkatkan kualitas software Aplikasi Go-Jek, yang menjadi pintu masuk bagi pengguna untuk mendapatkan layanan yang disediakan.
Apabila pengguna menemukan banyak kesulitan dan kerumitan dalam mengakses dan menggunakan aplikasi, maka pengguna dengan mudah akan beralih untuk menggunakan aplikasi yang disediakan oleh pesaing yang lebih sesuai dengan harapannya. Salah satu cara yang dapat dilakukan perusahaan untuk terus meningkatkan kualitas aplikasi adalah dengan melakukan evaluasi terhadap aplikasi yang digunakan.
Evaluasi ini penting untuk mengetahui tingkat penerimaan pengguna terhadap aplikasi yang digunakan, sekaligus untuk mengetahui apa saja faktor-faktor yang mendorong pengguna untuk menerima dan menggunakan aplikasi tersebut. Dari hasil proses evaluasi tersebut, manajemen perusahaan dapat secara proaktif merancang intervensi yang diperlukan.
Maka dosen Universitas Nusa Mandiri (UNM) bersama tim melakukan penelitian, dan diketahui bahwa secara simultan, faktor performance expectancy, effort expectancy, social influence, dan facilitating conditions berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap perilaku pengguna (use behavior) menggunakan Aplikasi Go-Jek.
Sementara secara parsial, hanya faktor performance expectancy dan social influence yang memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap perilaku pengguna (use behavior) menggunakan Aplikasi Gojek. Faktor effort expectancy dan facilitating conditition diketahui tidak memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap perilaku menggunakan Aplikasi Gojek.
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka dapat kesimpulan bahwa untuk mendorong daya saing perusahaan, dapat dilakukan intervensi lebih kuat pada usaha untuk meningkatkan performance aplikasi dan meningkatkan image (social influence) perusahaan.
*) Penulis adalah dosen Universitas Nusa Mandiri Jakarta, Prodi Sistem Informasi.