Selasa 31 Aug 2021 16:28 WIB

Bukan Sekadar Menyantuni Yatim Piatu  

Gerakkan menyatuni anak yatim harus dikembangkan untuk gerakan yang lebih panjang

Ratusan anak yatim mengikuti buka puasa bersama. (ilustrasi)
Foto: Republika/Yasin Habibi
Ratusan anak yatim mengikuti buka puasa bersama. (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Teguh Imami, Mahasiswa Pascasarjana Sosiologi Universitas Airlangga.

 

Baca Juga

JAKARTA -- Gelombang kedua Pandemi Covid-19 dengan munculnya berbagai varian baru masih menyisahkan pilu. Selain kemiskinan dan kelaparan, bertambahnya jumlah kasus kematian menyebabkan banyak anak menjadi yatim piatu.

Hampir di berbagai wilayah, anak yang menjadi yatim piatu itu belum mengetahui bagaimana mereka menatap masa depan. Jangankan menatap, membayangkan saja mereka takut. Kehadiran orang tua yang menjadi penuntun dan panutan hidup, sudah tinggal cerita.

Sepekan terakhir ini pun berbagai media massa menjadikan kasus anak yatim piatu ditinggal wafat oleh orang tuanya sebagai headline utama. Kisah-kisah kesedihan, tangisan, ketidakberdayaan yatim piatu, diangkat menjadi kisah yang selalu kita baca dan dengarkan.

Data dari Satuan Tugas Penanganan Covid-19 menunjukkan bahwa korban jiwa terutama yang terjadi pada kelompok usia di atas 60 tahun adalah 46,5 persen, disusul usia 46-59 tahun 36,8 persen, dan usia 31-45 tahun 12,9 persen. Kelompok usia 0-5 tahun dan 6-18 tahun yang jadi korban jiwa masing-masing 0,5 persen serta kelompok usia 19-30 tahun 2,8 persen. 

Data tersebut mempertegas usia yang saat ini menjadi orang tua banyak yang wafat dan meninggalkan anak-anaknya.

Ribuan anak yang ditinggal wafat oleh orang tuanya adalah harapan masa depan bangsa. Salah satu diantara mereka mungkin kelak akan memimpin negeri ini. Membiarkan nasib mereka hari ini sama dengan menghancurkan Indonesia di kemudian hari.

 

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Disclaimer: Retizen bermakna Republika Netizen. Retizen adalah wadah bagi pembaca Republika.co.id untuk berkumpul dan berbagi informasi mengenai beragam hal. Republika melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda baik dalam dalam bentuk video, tulisan, maupun foto. Video, tulisan, dan foto yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim. Silakan kirimkan video, tulisan dan foto ke [email protected].
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement