REPUBLIKA.CO.ID, MALANG--Fakultas Kedokteran (FK) dan Fakultas Ilmu Kesehatan (Fikes), Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) mengadakan International Conference on Medical and Health Science (ICMedH). Konferensi yang dilaksanakan pada Sabtu (25/9) ini mengkaji tema “Community Health: Addresing the Impact of Covid-19 on the Sustainable Development Goals”.
Ketua Pelaksana Yoyok Subagyo menjelaskan, konferensi internasional ini merupakan gelaran kolaborasi pertama antara FK dan Fikes UMM. Agenda ini dipilih karena dua tahun belakangan menjadi masa-masa yang sulit termasuk bagi dunia kedokteran dan medis dalam menghadapi Covid-19. "Banyak warga dan tenaga kesehatan yang menjadi korban dari virus mematikan tersebut," ucapnya.
Ia juga menilai pandemi telah mengubah sejumlah kebiasaan manusia. Namun tidak mengubah usaha untuk terus melakukan penelitian dan menyusun paper berkualitas yang bermanfaat secara luas. Sebab itu, konferensi internasional ini menghadirkan banyak peneliti yang telah menghasilkan berbagai artikel menarik dan terbaik.
Membuka konferensi, Wakil Rektor I UMM, Profesor Syamsul Arifin mengapresiasi kolaborasi yang dilakukan oleh FK dan Fikes dalam pelaksanaan gelaran ini. Tak lupa, ia juga menyambut hangat para pembicara dan presenter yang akan membahas berbagai hal di bidang kesehatan. Menurutnya, tanpa kehadiran mereka, konferensi ini tidak akan bisa berjalan dengan baik dan menarik.
Syamsul berharap ICMedH dapat menjadi event tahunan serta membentuk forum menarik untuk berdiskusi terutama dalam aspek kedokteran dan kesehatan. Ia juga ingin agar konferensi ini dapat menghasilkan publikasi yang lebih luas dan mampu memberikan dampak baik bagi sekitar. Dia yakin agenda ini merupakan langkah nyata yang bisa diambil dalam upaya mengembangkan penelitian di bidang kedokteran dan kesehatan.
Salah satu pembicara, Ryuichi Sawa dari Juntendo University Jepang menjelaskan mengenai Jepang sebagai negara dengan usia tua yang besar dan Covid-19. Ryuichi mengatakan, pada September 2021 persentase orang yang berusia lebih dari 65 tahun telah mencapai 29,1 persen di Jepang. Keadaan itu juga menjadi tantangan tersendiri, apalagi di tengah pandemi.
Ryuichi kembali menjelaskan ada beberapa hal yang bisa dilakukan untuk mengatasi disabilitas dan usia lemah di tengah pandemi, khusunya di Jepang. Peningkatan partisipasi sosial menjadi hal yang sangat dibutuhkan. Kegiatan fisik juga perlu digalakkan dalam upaya menjaga kesehatan masyarakat.
Meskipun begitu, ia masih menekankan akan pentingnya menjaga jarak satu sama lain agar penularan covid-19 bisa tetap ditekan. “Ditambah dengan meminimalisir kegiatan di luar dan tetap berada di dalam rumah,” ungkapnya dalam pesan resmi, Selasa (28/9).
Di samping itu, pemanfaatan teknologi digital harus dimaksimalkan. Ia memberi contoh aplikasi online KAYOINOBA yang dikeluarkan oleh kementerian kesehatan Jepang. Pada platform tersebut, masyarakat dapat menemukan fitur cek kesehatan, program olahraga, dan latihan kognitif. Bahkan juga menyediakan rekomendasi rute untuk jalan kaki agar tetap aman.
Selain Ryuichi, ICMedH juga menghadirkan pembicara ahli lainnya. Beberapa di antaranya Nazrila Haiziran Nashir dari Kementerian Kesehatan Malaysia dan Profesor Yi Hua Chen dari TMU Taiwan. UMM juga meramaikan diskusi dengan hadirnya dua pembicara lain yakni Febri Endra Budi dan Tri Lestari Handayani.