Jumat 01 Oct 2021 05:52 WIB

Hari Kopi Internasional, Kisah Sheikh Omar dari Mocha

Kisah Sheikh Omar dari Mocha menjadi salah satu kisah menarik dalam perkembangan kopi

Sangrai atau roasting kopi tradisional khas Aceh.
Foto: Republika/Thoudy Badai
Sangrai atau roasting kopi tradisional khas Aceh.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Beberapa tahun terakhir, industri kopi di Indonesia, khususnya di bagian hilir berkembang dengan pesat. Kopi tidak lagi menjadi sekadar minuman untuk menahan kantuk dan menghilangkan suntuk. Namun, kopi telah menjadi bagian dari gaya hidup hampir seluruh lapisan masyarakat, mulai dari generasi tua hingga muda hampir di seluruh wilayah Indonesia. 

1 Oktober diperingati sebagai Hari Kopi Internasional oleh para pencinta dan pelaku industri kopi di dunia. Sambil menikmati secangkir kopi, tak salah rasanya menenggok sejarah perkembangan kopi di dunia. Salah satunya adalah kisah Sheikh Omar dari Mocha. Seperti diketahui, Mocha adalah Kota di Yaman, yang dulu tersohor sebagai pusat perdagangan kopi pertama di dunia. Lalu bagaimana ceritanya?

Baca Juga

Pertanyaan siapa orang yang pertama kali meroasting kopi dan menjadikan minuman seperti saat ini, sama misteriusnya dengan pertanyaan siapa orang yang pertama kali menemukan kopi. Ada banyak versi mengenai siapa orang yang pertama kali meroasting kopi. 

Namun, dari banyak versi itu ada satu benang merah bahwa perkembangan kopi selanjutnya erat kaitannya dengan era kejayaan Islam. Salah satu cerita yang banyak dipercaya mengenai siapa yang pertama kali mengolah buah kopi adalah kisah Sheikh Omar.

Dalam beberapa versi di kisahkan Sheikh Omar adalah seorang sufi dan juga tabib dari Kota Al-Mocha di Yaman. Suatu ketika, Sheikh Omar diusir oleh penguasa setempat karena dirinya tidak disenangi oleh masyarkat di kota tersebut. Sheikh Omar kemudian berjalan tak tentu arah, sampai ia tiba di suatu wilayah Ethiopia. Ketika itu, dirinya menemukan tanaman perdu yang berbuah merah, karena merasa buah itu bisa dimakan, ia pun kemudian memetik buah tersebut untuk bekalnya.

Karena merasa lapar, Sheikh Omar kemudian memakan buah tersebut dan menemukan rasa pahit. Tetapi karena buah itu tidak beracun, kemudian dirinya mencoba mengolah buah tersebut. Awalnya, buah itu dibakar, namun ia tetap tidak bisa mengkonsumsi biji buah karena keras. Tak putus asa, Sheikh Omar kemudian merebus biji buah yang telah dibakar tadi. Tetapi lagi-lagi ia tidak bisa memakannya karena tetap keras. 

Sheikh Omar kemudian akhirnya pasrah dan hanya meminum air rebusan biji tersebut karena aromanya yang harus. Setelah meminum, ternyata air rebusan biji kopi itu memberikan rasa nikmat dan yang mengejutkan air rebusan berwarna coklat itu memberikan efek semangat dan energy bagi dirinya yang saat itu telah lelah berjalan.

Penasaran dengan apa yang dirasakannya, Sheikh Omar kembali memetik buah kopi yang berwarna merah. Kali ini, buah tersebut dikupasnya hingga menyisakan biji buah. Selanjutnya biji tersebut dipanggang untuk kemudian direbus. Percobaan kedua ini ternyata memberikan rasa yang lebih nikmat dan sensasi energi yang sama seperti yang dirasakannya saat pertama kali meminum air rebusan biji kopi.

Kisah Sheikh Omar menjadi salah satu yang dipercaya mengenai bagaimana manusia pertama kali mengolah biji kopi menjadi minuman. Selanjutnya Sheikh Omar kembali ke Mocha dan memperkenalkan temuannya ke masyarakat setempat. Minuman tersebut segera menjadi popular dan masyarakat setempat menyembut dengan Qahwa atau yang kita kenal dengan kopi saat ini. 

Konon kata Qahwa merujuk pada Kaffa, sebuah wilayah  di sebelah barat daya Ethiopia yang kemungkinan merupakan tempat pertama kali Sheikh Omar menemukan, mengolah dan meminum kopi.

Kopi dengan cepat menjadi minuman yang terkenal di jazirah Arab. Perkebunan kopi kemudian dibuka di wilayah sekitar Mocha. Jauh sebelum Kopi Arabica terkenal di dunia, kopi Mocha sudah dikenal oleh masyarakat, dan wilayah tersebut menjadi sentra penghasil kopi pertama di dunia, dan diperdagangkan di wilayah sekitar Afrika, Mesir hingga Turki. 

Perkembangan kopi selanjutnya berkaitan erat dengan penyebaran dan perkembangan Islam. Banyak cendekiawan dan sufi Islam yang meneliti manfaat kopi, salah satunya adalah Ibnu Sina.

Ibnu Sina mengakui beberapa manfaat meminum air kopi, semisal dapat mempertahankan kesehatan tubuh, membuat kulit menjadi bersih, dan mengurangi kelembapan kulit. Aroma kopi juga dinilainya menstimulus kesehatan tubuh dan pikiran.

Popularitas kopi di wilayah Yaman langsung melonjak. Bagi para ulama, kopi memberikan kekuatan bagi mereka untuk beribadah pada malam hari. Sementara bagi masyarakat, kebiasaan minum kopi semakin kental. Hal ini yang memunculkan banyaknya tempat-tempat minum kopi. 

"School of wise" merujuk pada tempat untuk minum kopi. Sebab, di sana sambil menikmati kopi, orang-orang berdiskusi dan membahas segala masalah. Sehingga banyak karya-karya baik itu puisi, lagu, buku serta ide-ide cemerlang lahir di warung kopi.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement