REPUBLIKA.CO.ID, MALANG -- Sejumlah mahasiswa Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) mengembangkan produk formulasi minuman prebiotik tinggi protein berbasis kacang merah dan kulit pisang. Pengembangan produk ini dilatarbelakangi adanya beberapa orang yang mengalami permasalahan pada pencernaan saat mengonsumsi susu sapi.
Salah satu anggota tim, Rezqia Achirul 'Ainin, mengatakan, susu sapi memiliki kandungan laktosa yang merupakan disakarida gabungan glukosa dan galaktosa. Pada beberapa keadaan, tubuh tidak dapat mencerna laktosa di dalam usus. "Akibatnya, mengonsumsi susu sapi dapat menyebabkan gangguan pencernaan seperti diare atau perut kembung," kata mahasiswa Prodi Teknologi Pangan UMM ini.
Gangguan pencernaan akibat mengonsumsi susu sapi biasanya dikenal dengan nama laktosa intoleran. Dari semua kasus laktosa intoleran di Indonesia, 70 persen kasus dialami oleh anak-anak.
Untuk mengatasi lakstosa intoleran tersebut, Rezqia dan tim menggabungkan sari kacang merah dan kulit pisang dalam minuman prebiotiknya. Kacang merah dipilih karena memiliki karateristik yang mirip dengan susu sapi. Selain itu, dibanding kacang-kacangan lain, kandungan gizi kacang merah lebih seimbang baik itu kandungan protein, lemak dan juga serat.
Sementara itu, penambahan kulit pisang dalam minuman prebiotik bertujuan untuk menggantikan posisi laktosa yang bermasalah di produk susu sapi. Pasalnya, kulit pisang diketahui mengandung inulin yang memiliki sifat prebiotik. Dengan adanya prebiotik pada kulit pisang, ini dapat memberikan dampak baik bagi bakteri probiotik di dalam perut.
Secara alamiah, kata dia, probiotik dapat mengatasi permasalahan sakit perut seperti diare ataupun perut kembung. "Pemilihan kulit pisang ini juga berfungsi untuk mengurangi permasalahan limbah kulit pisang,” ungkapnya dalam pesan resmi yang diterima Republika, Selasa (5/10).
Penelitian ini diikutsertakan pada Program Kreativitas Mahasiswa bidang Riset Eksakta (PKM-RE) dan mendapat pendanaan dari Kementrian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti).
Penelitian yang dilakukan selama lima bulan ini menghasilkan kesimpulan bahwa selain untuk menangani masalah pencernaan akibat susu sapi, minuman prebiotik ini juga berguna untuk mengatasi masalah pencernaan lainnya. Pada penelitian ini, Rezqia dibantu oleh tiga anggota lain yaitu Cindy Wiranti, Ilmi Nafia Saida, dan Wida Ayunindya dari Prodi Teknologi Pangan.
Rezqia dan tim berharap, kemampuan teknis dan nonteknis bisa lebih terasah sehingga dapat berguna bagi tim di masa depan. "Kami juga berharap penelitian ini berguna bagi masyarakat terutama di bidang laktosa intoleran,” kata dia menambahkan.