REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Ridwan Saidi, Politisi Senior, Sejarawan, dan Budayawan Betawi.
Keduanya pengelana dan berorientasi pada kerajaan Sunda di Bogor. Keduanya menulis kesan-kesan perjalanan. Nyai Dawit menulis di era tahun 1518 yan kala itu masih era Siliwangi. Bujangga Manik diperkirakan berkelana dan menulis pada XIV-XV M. Hal itu dapat diciri dari laporannya saat merapat di labuhan Kalapa.
Saat itu Bujang Mankik, berjalan melewati kawasan yang disebut Mandi Rancangan lalu tiba di Ancol Kiji (Jl Lodan). Sampai di sini dapat disimpulkan bahwa ia merapat di labuhan Kalapa Kali Adem, bukan Kota Inten. Time line ini terjad sebelum tahun 1521, perjanjian pembangunan labuhan baru Kota Inten.
Dan setiba di Ancol Kiji ia tak cerita tentang Tongkol Gate yang tak jauh dari Kiji. Bujang Manik melainkan terus ke Ancol Temiang, tusuk sate Gunung Sari. Tongkol Gate (tembok ratapan) berarti baru dibangun XVI M.
Laporan Nyai Dawit:
1. Buyut Nyai Dawit resi jaman Siliwangi yang berdiam di desa Pager Resi Cibinong. Ia wafat dan di makam disini. Makamnya menghadap Jerusalem. Saya sudah ke sanacaea. Nyai Dawit seorang monotheis.
2. Ia menulis kitab tahun 1518 berjudul Sanghyang Siksha Kandang Karesian, Tuhan mereka yang menikmati hidup dlm himpunan para resi.
Perlu klarifikasi, Sanghyang Siksha Kandang itu bukan semacam buku pedoman cara-cara menjadi Resi. Buku ini banyak berisi laporan perjalanan Nyai Dawit ke Sunda Kalapa dan Karawang. Ini bukan dongeng dan dapat jadi rujukan. Selain itu Nyai juga melapor perkembangan Islam di Cibinong dan sekitar.
3. Dengan kecewa Nyai cerita perkembangan Islam dengan banyaknya berdiri langgar. Kaum langgara (Muslim) ada pimpinannya. Nyai berseru agar tetap berpegang pada ajaran leluhur.
4. Nyai mengamati pergaulan di labuhan Sunda Kalapa. Kerumunan orang berbicara rupa-rupa bahasa. Nyai sarankan kalau tidak kuasai banyak bahasa jangan jadi penerjemah di Sunda Kalapa.
5 . Di Karawang Nyai meninjau pengrajin batik. Menurut beliau motif batik yang terkenal saat itu yang dinamakan Gringsing Wayang.
Laporan Bujangga Manik.
1. Laporannya berjudul Lalampahan Bujangga Manik. Ia berkelana keliling Jawa dua kali dan sekali ke Bali.
2. Dari info Bujangga Manik diketahui bhw perjalanan Jakarta-Bogor harus ditempuh dengan jalan air dan darat.
3. Bujangga juga melaporkan bahwa Urang Kalapa (Betawi) ameng layaran, berjiwa laut.
Saya anjurkan pada peminat sejarah untuk membaca buku seperti di atas. Tak perlu baca Babad. Kalau babat, nanti harus baca usus dan paru? Ok. Soto Betawi gais alis seuju sekali kan gais he he ...!