Oleh : Rakhmad Zailani Kiki (Ketua PW RMI-NU DKI Jakarta)
REPUBLIKA.CO.ID, Berbagai hasil survei tentang calon Ketua Umum (Ketum) PBNU jelang pelaksanaan Muktamar NU ke-34 di Lampung membuat saya dan mungkin warga Nahdliyyin yang menjabat sebagai pengurus NU di berbagai posisi di seluruh Indonesia dan luar negeri terheran-heran dengan satu pertanyaan: hasil survei tersebut untuk kepentingan siapa?
Terakhir adalah hasil survei yang dirilis Indostrategic yang banyak ditayangkan media massa, terutama media online. Sebagai periset, saya sangat kaget karena populasi yang diambil dalam survei tersebut jelas tidak kredibel atau tidak dapat dipercaya, yaitu: segmen masyarakat yang merasa memiliki kedekatan dengan NU.
Segmen yang jadi populasi survei ini jelas tidak kredibel karena orang-orang yang merasa memiliki kedekatan dengan NU di populasi, belum tentu warga NU dan juga belum tentu pengurus NU. Kalaupun orang-orang di populasi tersebut adalah pengurus NU semua, belum tentu juga mereka adalah yang punya hak suara untuk memilih Ketua Umum PBNU di Muktamar NU ke-34. Jika populasinya saja tidak kredibel, maka tentu sampelnya juga tidak kredibel dan hasil surveinya juga tentu tidak kredibel. Lalu, hasil survei Indostrategic untuk kepentingan siapa?
Yang jelas, hasil survei Indostrategic tersebut bukan untuk kepentingan organisasi NU. Karena organisasi NU sudah memiliki mekanisme yang jelas untuk menjaring bakal calon Ketua Umum PBNU, yang hak suara memilihnya ada di Pengurus Wilayah (PW) dan Pngurus Cabang (PC).
Dengan demikian, nama-nama calon Ketum PBNU dari hasil survei Indostrategic tidak lebih sekedar opini dari ribuan responden yang tidak bisa mewakili puluhan juta warga Nahdliyyin, apalagi mewakili suara Muktamirin dari PWNU dan PCNU.
Lalu hasil survei tersebut untuk kepentingan siapa? Yah tidak lebih untuk kepentingan Indostrategic, bukan untuk kepentingan organisasi NU. Entah apa kepentingannya, hanya Indostrategic yang tahu. Yang jelas, pengurus NU di semua tingkatan harus waspada atas semua kepentingan dari hasil-hasil survei calon Ketum PBNU yang sudah menciptakan opini publik, perdebatan di media sosial dan berpotensi memecah belah ukhuwah sesama warga Nahdliyyin.
Karena memang ada saja pihak yang ingin NU pecah dari dalam, sebab NU semakin sulit dipecah dan dirusak dari luar, juga tidak senang jika NU semakin terdepan dan menjadi pemimpin dalam memperkuat kehidupan agama yang moderat, berbangsa dan bernegara jelang usia satu abadnya.