REPUBLIKA.CO.ID, SPANYOL -- Tim peneliti Spanyol menemukan hal baru terkait COVID-19 dalam studi terhadap tikus. Penelitan menunjukan bahwa mengobati tikus dengan bakteri nonaktif sebelum memberinya vaksin COVID-19 mengurangi potensi kematian dari 60 persen menjadi 25 persen, menurut studi yang dipublikasi pada Kamis (18/11).
Dilansir dari anadolu, Jumat (19/11), para peneliti memberi tikus imunoterapi mukosa yang mengandung bakteri tersebut sebelum vaksin COVID-19 juga semakin meningkatkan respons imunitas sekaligus membuat vaksin jauh lebih efektif. Hal ini menurut data pada jurnal terkemuka Frontiers in Immunology.
Beda halnya dengan vaksin COVID-19 yang mengaktifkan sistem imunitas adaptif, pengobatan ini "melatih" sistem imunitas bawaan tikus untuk memburu virus dengan lebih agresif. Sistem imunitas bawaan merupakan garis pertahanan pertama pada tubuh untuk melawan patogen yang tak diinginkan.
Sistem tersebut tidak menciptakan antibodi spesifik untuk setiap virus, namun sebaliknya bereaksi setiap muncul tantangan. Bakteri serupa, yang disebut MV130 secara klinis, telah terlihat efektif dalam mencegah penyakit sesak napas berulang pada anak yang kebanyakan dipicu oleh virus yang lain. Pada uji coba sama yang hasilnya dipublikasi pada Agustus, data menunjukkan bahwa pengobatan tersebut juga menambah respons imunitas melawan virus flu.
"Hasil yang kami dapat mengindikasikan bahwa imunoterapi mukosa dengan MV130 berperan sebagai alat baru yang menjanjikan untuk melawan tantangan global yang dahsyat yang diwakili oleh kemunculan virus baru, misalnya SARS-CoV-2," menurut jurnal ilmiah tersebut.