REPUBLIKA.CO.ID, ACEH UTARA -- Ma’had Aly Babussalam Al-Hanafiyyah Matangkuli Aceh Utara menyelenggarakan kuliah umum membahas aktualisasi studi tafsir di Ma’had Aly dalam merespons berbagai tantangan aktual dalam studi tafsir di Indonesia khususnya dan dunia Islam umumnya.
Kuliah umum yang berlangsung pada Rabu (23/11) malam itu ddihadiri dua ribuan santri Dayah Babussalam dan mahasantri yang belajar di jenjang Ma’had Aly. Pembicara utama adalah dai nasional dari Jawa Timur yang pakar dalam pemahaman Ahlusunnah wal Jama’ah, yaitu KH Muhammad Idrus Ramli.
Wakil Mudir I Ma’had Aly Babussalam bagian Akademik dan Kelembagaan, Tgk Ahmad Burhanuddin Murad MPd mengatakan bahwa kuliah umum ini diselenggarakan untuk memperkuat narasi dan wawasan santri dan mahasantri tentang tantangan, keniscayaan dan tahapan-tahapan dalam studi tafsir di Ma’had Aly.
“Ma’had Aly Babussalam yang mengambil Jurusan Tafsir dan Ilmu Tafsir bertekad untuk terus menggali khazanah dalam studi tafsir sehingga kita membutuhkan pandangan-pandangan dari para pakar untuk memperkuat kerangka studi tafsir di Ma’had Aly ini, “ ujar ulama muda asal Palembang yang akrab disapa Tgk Murad ini.
Kyai Murad juga menjelaskan bahwa Ma’had Aly Babussalam yang merupakan Perguruan Tinggi khas dayah saat ini mendidik 200 mahasantri dan telah memasuki semester kelima dalam pembelajarannya. Ia mengatakan bahwa diharapkan nantinya para mahasantri ini dapat menjadi ulama Aceh di masa depan yang dapat menjawab berbagai persoalan ummat.
“Jadi kita selenggarakan kuliah umum ini agar dapat membekali para mahasantri dan juga civitas akademika Ma’had Aly tentang bagaimana arah studi tafsir ke depan,” ujar Tgk Murad dalam riis yang diterima Republika.co.id.
Sementara itu, KH Muhammad Idrus Ramli dalam paparan menyampaikan panjang lebar tentang pentingnya aktualisasi studi tafsir. Ia menegaskan bahwa aktualisasi studi tafsir adalah mempelajari ilmu tafsir secara modern untuk membendung pemahaman orentialis, liberal dan wahabi yang menafsirkan teks secara tekstualis.
Kyai Idrus juga mengatakan bahwa aktualisasi studi tafsir dibutuhkan untuk mengatasi berbagai masalah kontemporer yang tidak sama dengan permasalahan ulama masa lalu yang hanya menghadapi beberapa golongan saja seperti syiah, mu’tazilah, khawarij, qadariah dan lain-lain.
“Tafsir yang berkembang di masa lalu itu seperti Ibnu Katsir, Qurtubi dan sebagainnya, memang nuansanya yang disampaikan untuk menjawab persoalan-persoalan di luar Ahlusunnah wal Jama’ah yang berkembang saat itu. Nah sementara itu, tantangan saat ini justru lebih berat, yang kita hadapi selain kelompok-kelompok di luar Ahlusunnah wal Jama’ah juga kelompok-kelompok modern dalam diri umat Islam sendiri serta orientalis dan liberal,“ ujar Kyai Idrus yang merupakan alumnus pesantren Sidogiri yang sangat terkenal di Pulau Jawa.
Sementara itu, Kyai Idrus juga menyinggung tentang aliran Wahabi yang merupakan aliran yang menyerang Islam dengan berpegang pada Islam itu sendiri yaitu dengan merujuk kepada Alquran dan hadis tanpa dalil hukum yang lain dalam proses penafsirannya.
“Mereka mempropagandakan kembali kepada Alquran dan hadis, tapi mereka tidak mengambil semua ayat Alquran dari awal sampai sampai akhir seperti yang dijadikan oleh para ulama. Mereka hanya mengambil sebagian dengan meninggalkan kitab-kitab para ulama “ kata Kyai Idrus dalam ulasan panjangnya.