Rabu 08 Dec 2021 23:03 WIB

Omicron Jauh Lebih Menular, Tetapi tidak Parah

Sejauh ini, varian Omicron tidak menyebabkan sakit parah ketika menginfeksi.

Rep: Desy Susilawati/ Red: Nora Azizah
Sejauh ini, varian Omicron tidak menyebabkan sakit parah ketika menginfeksi (Foto: ilustrasi virus)
Foto: Public Domain Pictures
Sejauh ini, varian Omicron tidak menyebabkan sakit parah ketika menginfeksi (Foto: ilustrasi virus)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Laporan awal dari Afrika Selatan tampaknya menunjukkan varian Omicron jauh lebih menular daripada varian sebelumnya. Namun varian ini menyebabkan penyakit yang lebih ringan.

“Virus ini datang dengan dua barel, infektivitas tinggi dan berpotensi kemampuan untuk menghindari kekebalan. Tapi mungkin yang kurang adalah patogenisitasnya,” jelas Dr Warner Greene, direktur Pusat Penelitian Penyembuhan HIV di Institut Gladstone di San Francisco seperti dilansir dari laman USA Today, Rabu (8/12).

Baca Juga

Kasus Covid 19 di provinsi Gauteng, Afrika Selatan, berlipat ganda setiap hari dan 75 persen infeksi disebabkan oleh Omicron. Ada juga peningkatan selama beberapa pekan dalam penerimaan rumah sakit.

"Namun sejauh ini, belum ada peningkatan kematian atau bahkan orang yang dirawat di rumah sakit yang membutuhkan oksigen karena Omicron," ujar Greene.

Saat ini, pusat global kasus Omicron adalah distrik Tshwane di provinsi Gauteng di timur laut Johannesburg. Kasus Omicron di lokasi tersebut meningkat secara eksponensial dalam beberapa pekan terakhir, menurut Dewan Penelitian Medis Afrika Selatan. Saat ini, ada laporan klinis awal dari rumah sakit di Gauteng yang muncul dan cukup menggembirakan.

"Ini terlihat seperti virus yang sangat menular, tetapi mungkin tidak virulen atau patogen seperti varian delta, meskipun masih perlu lebih banyak data untuk membuat kesimpulan," katanya. 

Dr Fareed Abdullah dari dewan penelitian dalam sebuah unggahannya, juga mengatakan, gelombang ketiga di Afrika Selatan menunjukkan sebagian besar pasien yang menjalani beberapa bentuk suplementasi oksigen tidak berhenti. Alarm ventilator cukup sering berbunyi.

"Ini mungkin karena jeda yang biasa antara kasus dan kematian dan trennya akan menjadi lebih jelas selama beberapa pekan ke depan," tulisnya.

Seperti diketahui, Omicron adalah varian terbaru dari virus SARS-CoV-2 yang menyebabkan Covid 19. Virus ini pertama kali terdeteksi di Afrika selatan dan menjadi perhatian Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) sejak 26 November. Hingga Senin lalu, Omicron terdeteksi di lebih dari 38 negara dan sepertiga negara bagian AS.

Trevor Bedford, ahli biologi evolusi di Fred Hutchinson Cancer Research Center di Seattle melakukan pelacakan dan menemukan bahwa orang yang sebelumnya terinfeksi Covid19 tidak terlindungi Omicron seperti pada varian beta dan delta. Penelitian tersebut melihat adanya risiko infeksi ulang. Studi tersebut memperkirakan bahwa Omicron dua kali lebih mungkin menyebabkan infeksi ulang dibandingkan varian sebelumnya.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement