Senin 03 Jan 2022 09:53 WIB

Sulitnya Membangun Stasiun Stasiun Luar Angkasa di Bulan

Jarang sekali ada misi astronaut ke Bulan.

Rep: Noer Qomariah Kusumawardhani / Red: Dwi Murdaningsih
Astronaut NASA mendarat di permukaan bulan dalam misi Apollo 11.
Foto: nasa
Astronaut NASA mendarat di permukaan bulan dalam misi Apollo 11.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sebuah stasiun luar angkasa di bulan bisa sangat berguna. Jika ada stasiun luar angkasa di bulan, maka akan memberikan misi ruang angkasa masa depan dengan titik berhenti antara meninggalkan Bumi dan mencapai lebih jauh ke tata surya.

Salah satu alasan mengapa belum membangun stasiun luar angkasa di bulan adalah karena jarang mengirim orang ke sana.

Baca Juga

“Kami hanya berhasil menempatkan astronaut di bulan enam kali sejauh ini. Pendaratan di bulan ini terjadi dalam periode tiga tahun antara 1969 dan 1972 serta merupakan bagian dari serangkaian misi luar angkasa yang disebut misi Apollo,” ujar Dosen Senior Fisika, Universitas Nottingham Trent, Ian Whittaker, dilansir dari Space, Senin (3/1).

Jenis roket yang digunakan untuk membawa astronaut ke bulan adalah roket yang sangat kuat, Saturn V. Sementara, kini Saturn V tidak lagi diproduksi.

“Artinya, saat ini, kita tidak memiliki roket yang cukup kuat untuk membawa manusia ke bulan-apalagi membangun stasiun luar angkasa di sana,” kata Whittaker.

Kini roket yang kuat mulai dibangun lagi. Perusahaan eksplorasi luar angkasa SpaceX menciptakan roket yang lebih baru dan lebih besar yang mampu membawa berat astronaut ke bulan. NASA juga merencanakan misi baru untuk membawa astronaut ke bulan.

Namun, ada perbedaan besar antara perjalanan singkat dan membangun stasiun luar angkasa di bulan, yang sangat sulit. Membangun stasiun luar angkasa sangat sulit. Astronaut harus membawa fragmen-fragmen dari stasiun itu ke bulan dan merakitnya di sana. 

Stasiun Luar Angkasa Internasional hanya berjarak 400 km dari permukaan Bumi, sedangkan jarak Bumi ke  Bulan adalah 384 ribu km. Setiap perjalanan ke bulan akan membutuhkan waktu sekitar tiga hari dan akan membutuhkan jumlah bahan bakar yang luar biasa, berpotensi menambah masalah iklim di Bumi.

 

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement