Dr Dicky mengatakan, dokter akan menjelaskan manfaat dan risiko dari pemasangan alat tersebut sebelum tindakan. Jika alat tidak dipasang, tumbuh kembang anak bisa terganggu, misalnya, anak jadi kurang mampu dalam belajar.
Menurut dr Dicky, risiko utama jika alat tidak dipasang ialah anak bisa meninggal. Memasang alat pacu jantung dapat menekan risiko tersebut.
"Memang meninggal di tangan Allah, kita kan hanya bisa lihat statistik, bahwa pasien dengan kelainan begini kalau tidak dipasang alat pacu jantung, ada sekian persen yang mengalami kematian. Nah itu yang kita hindari, namanya juga kita usaha kan,” ucap dr Dicky.
Menurut dr Dicky, gangguan irama jantung akibat aritmia juga ada yang bisa disembuhkan. Misalnya dengan teknik ablasi.
"Umumnya pasien yang sudah sembuh dengan ablasi tidak memerlukan pemeriksaan rutin," tuturnya.
Sementara itu, anak yang dipasang alat pacu jantung harus dipantau setiap enam bulan. Umumnya, alat harus diganti setiap 10 tahun.
"Karena alat itu buatan manusia, bisa ada kemungkinan malafungsi, pergeseran kabel, atau baterainya habis, jelas dr Dicky.