REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING -- Penggunaan oker, bahan pewarna cokelat yang menyerupai warna bijih besi, telah menjadi ciri khas manusia purba. Peninggalan arkeologi yang ditemukan di Xiamabei, China, menunjukkan hal menarik terkait pewarna tersebut.
Tim internasional melakukan penggalian pada 2013 di lokasi itu, tepatnya di tepi Sungai Huliu di wilayah China utara. Salah satu peninggalan yang menarik bukanlah oker itu sendiri, namun teknik pengolahannya.
Arkeolog Temukan Jejak Homo Sapiens di Tepi Sungai China
Residu oker terdeteksi pada 10 alat yang ditemukan. Dalam dua kasus, oker berada di tepi aktif alat, menandakan oker dibuat sebagai lem, atau penggunaannya dalam pemrosesan kulit. Fasilitas pemrosesan oker prasejarah di lokasi itu diyakini lebih maju.
Menurut para ilmuwan, oker kemungkinan telah digunakan Homo erectus di Kenya sejak 285 ribu tahun silam. Studi lain mengidentifikasi hal sama di situs Neanderthal awal di Belanda 250 ribu hingga 200 ribu tahun yang lalu.
Meninjau temuan arkeologi di Xiamabei, para arkeolog percaya manusia purba di sana mengangkut berbagai jenis oker ke gua terlebih dahulu. Setelah itu, mereka menggiling serta menumbuknya untuk menghasilkan cat.
Cat kemungkinan dipakai untuk menghias lingkungan, tubuh, pakaian, peralatan, dan senjata mereka. Menurut tim penelitian di Xiamabei, jumlah cat yang dihasilkan cukup untuk menghias lantai tempat mereka memproduksinya.
Arkeolog mengidentifikasi sepotong oker kaya zat besi yang telah berulang kali dikikis untuk menghasilkan bubuk oker merah tua terang. Potongan kecil jenis oker yang berbeda tampaknya dihasilkan dari penghancuran potongan besar.