REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Centers for Disease Control and Prevention (CDC) Amerika Serikat dan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) resmi mengklasifikasikan subvarian omicron BA.2 alias "Son of Omicron" sebagai variant of concern. WHO mengungkapkan bahwa BA.2 secara inheren lebih mudah menular dibandingkan dengan subvarian omicron BA.1 yang paling umum beredar saat ini.
Mengacu pada studi yang mengevaluasi risiko reinfeksi, WHO mengungkapkan bahwa BA.2 bisa menyebabkan reinfeksi pada orang-orang yang pernah terinfeksi oleh BA.1 sebelumnya. Meski begitu, data awal dari studi-studi reinfeksi menunjukkan bahwa orang yang sudah terinfeksi oleh BA.1 memiliki proteksi yang lebih kuat terhadap risiko reinfeksi akibat BA.2.
Data laboratorium awal dari Jepang juga mengungkapkan bahwa BA.2 memiliki potensi untuk menyebabkan sakit berat. Studi ini dilakukan pada hewan coba hamster yang tak memiliki imunitas terhadap SARS-CoV-2. Melalui studi ini, peneliti menemukan bahwa infeksi BA.2 bisa menyebabkan sakit yang lebih berat pada hamster dibandingkan infeksi BA.1.
Data di luar laboratorium yang dikumpulkan dari Afrika Selatan, Denmark, dan Britania Raya menunjukkan hasil yang berbeda. Menurut data ini, tak ada perbedaan tingkat keparahan Covid-19 yang disebabkan oleh infeksi BA.2 atau BA.1.
"BA.2 lebih menular akan tetapi tidak lebih berat dibandingkan BA.1," ujar kepala departemen penyakit menular di Mount Sinai South Nassau dan ahli epidemiologi dr Aaron Glatt, seperti dilansir Fox News, Rabu (23/3/2022).
Glatt mengatakan, hampir tidak ada orang yang terinfeksi subvarian yang sama hingga dua kali. Selain itu, Glatt menekankan bahwa upaya-upaya pencegahan bisa membantu mencegah terjadinya infeksi BA.1 atau BA.2.
"Divaksinasi dan mendapatkan booster masih menjadi cara terbaik untuk mencegah sakit berat dari BA.2," ungkap Glatt.