REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Perusahaan farmasi asal Amerika Serikat, Pfizer telah merilis dokumen yang mencatat efek samping pemberian vaksin yang dikembangkannya bersama BioNTech. Seperti semua obat dan vaksin lainnya, efek samping memang dapat terjadi.
Menurut penjelasan Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) Amerika Serikat, studi efek samping vaksin Pfizer itu melibatkan laporan dari penerima vaksin mengenai gejala yang mereka rasakan. Para peserta studi mencatatkan gejala yang muncul di buku harian selama tujuh hari setelah vaksinasi.
Hasilnya, sebanyak 84,7 persen melaporkan setidaknya satu reaksi di tempat suntikan lokal. Berdasarkan kelompok usia, 88,7 persen kelompok yang lebih muda (berusia 18 hingga 55 tahun) mengalami keluhan tersebut.
"Sebanyak 79,7 persen kelompok yang lebih tua (berusia di atas 55 tahun) juga melaporkan setidaknya satu reaksi lokal," jelas CDC, seperti dilansir laman Express, Kamis (24/3/2022).
Nyeri di tempat suntikan adalah reaksi lokal yang paling sering dan parah dikeluhkan oleh para penerima vaksin. Menurut dokumen Pfizer yang baru-baru ini dirilis, System Organ Classes (SOCs), terdapat 51.335 efek samping.
Ada 25.957 keluhan efek samping gangguan sistem saraf. Lalu, gangguan muskuloskeletal dan jaringan ikat memiliki 17.283 kejadian.
Tentang efek samping yang menarik perhatian, khususnya untuk gejala muskuloskeletal, dokumen menyatakan jumlah kasusnya 3.600 (8,5 persen dari total dataset PM). Dari jumlah itu, 2.045 dikonfirmasi secara medis dan 1.555 dikonfirmasi secara non-medis.