REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Pelaksana Lembaga Tes Masuk Perguruan Tinggi (LTMPT), Budi Prasetyo, memastikan pihaknya terus memastikan agar tindakan curang dalam Ujian Tulis Berbasis Komputer-Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri (UTBK SBMPTN) tak terjadi. Karena itu, dia meminta agar para peserta menghindari perilaku curang dalam proses ujian.
"Kita hindarilah hal-hal seperti itu. Dan secara sistem itu sebetulnya kami di command center IT kita, itu kalau ada server saja yang itu terhubung dengan, taruhlah internet dan sebagainya, itu akan terdeteksi," ujar Budi saat ditemui di Universitas Negeri Jakarta (UNJ), Jakarta Timur, Rabu (18/5/2022).
Menurut dia, pihaknya sudah berusaha semaksimal mungkin untuk mencegah terjadinya tindak kecurangan dalam proses UTBK-SBMPTN. Tapi, menurut dia, ada saja pihak yang terus berusaha melakukan tindakan curang untuk mendapatkan apa yang diharapakannya.
"Kita juga, sekali lagi, memberi kepercayaan kepada perguruan-perguruan tinggi, termasuk mitranya dan sebagainya, itu ya harapannya memang betul-betul sama satu frekuensi untuk mengamankan itu semua," jelas dia.
Panitia Pelaksana UTBK-SBMPTN UNJ menemukan empat peserta yang melakukan kecurangan. Mereka ketahuan menggunakan alat bantu komunikasi elektronik yang diletakkan di kuping. "Alatnya melekat pada tubuh saja, saya tidak tahu persis bagaimana alat itu bekerja tapi alat tersebut bisa berkomunikasi. Iya betul (ditaruh di kuping)," tutur Ketua Pelaksana UTBK-SBMPTN UNJ, Suyono, saat ditemui di UNJ, Jakarta Timur, Rabu (18/5/2022).
Suyono menuturkan, keempat orang itu merupakan peserta UTBK-SBMPTN 2022 pada hari kedua. Mereka ketahuan membawa alat bantu komunikasi untuk membantu mengerjakan soal-soal ujian. Menurut Suyono, modus yang digunakan oleh keempat peserta itu sama, yakni melekatkan alat tersebut pada telinga.
"Saya ketika tahu ditaruh di kuping, saya enggak bisa lihat karena kan perempuan. Ada laki-laki di sesi pagi, ada perempuan, yang siang ini perempuan," jelas dia.
Dia juga mengatakan, keempat peserta tersebut memilih satu program studi yang sama, yakni kedokteran. Tapi, kata Suyono, pihaknya memastikan keempat peserta tersebut tidak memiliki hubungan antara satu dengan yang lainnya.
Setelah ketahuan menggunakan peralatan tersebut, mereka diamankan di ruang sekretariat untuk kemudian dibuatkan Berita Acara Pemeriksaan (BAP). Akibat dari tindakan tersebut, keempatnya tidak diperkenankan untuk mengikuti ujian.
"Mereka kita amankan di sekretariat, mereka buat BAP dan tanda tangan BAP atas segala kejadian yang dilakukan. Mereka kami amankan sampai selesainya pelaksanaan tes. Mereka tidak ikut tes dan kami silahkan untuk pulang," kata dia.