REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Spotify mengatakan akan menghadirkan buku audio (audiobook) untuk memperluas fitur di luar musik dan podcast. Nantinya, pengguna akan membayar setiap judul buku.
“Kami percaya buku audio akan menjadi peluang besar. Harapan kami besar seperti yang telah kami lakukan di fitur podcast,” kata CEO Daniel Ek pada presentasi dengan investor, Rabu (8/6/2022).
Spotify yang merupakan layanan streaming terbesar juga akan memperluas model bisnisnya untuk memasukkan pasar tempat pengguna membayar barang, seperti buku audio, a la carte. Itu merupakan perubahan dari tradisi Spotify selama bertahun-tahun yang membuka seluruh perpustakaannya untuk pendengar, yaitu orang yang mendengarkan secara gratis dengan iklan atau membayar langganan premium.
Karena budaya pada umumnya telah bergeser ke streaming sebagai cara paling umum orang mendengarkan lagu, Spotify muncul sebagai layanan musik yang dominan di dunia. Namun, karena artis dan label menginginkan musik mereka di setiap platform, Spotify dan semua layanan streaming musik harus mencari cara lain untuk menarik dan mempertahankan pelanggan, selain hanya memiliki perpustakaan musik yang luas.
Pada awalnya, Spotify membedakan dirinya dengan fitur penemuan yang tajam seperti daftar putar algoritmik seperti Discover Weekly. Selama beberapa tahun terakhir, ini secara agresif berkembang menjadi podcast, membingkai ulang Spotify sebagai layanan audio secara lebih luas. Pada Rabu, Spotify mengatakan buku audio adalah fitur yang berikutnya.
Dikutip CNet, Kamis (9/6/2022), kabar tersebut datang dalam pertemuan dengan investor, acara yang berdurasi berjam-jam dan sebagian besar ditujukan untuk memperbarui pemegang saham dan analis Wall Street tentang bisnis Spotify.
Spotify sudah memiliki beberapa buku audio yang tersebar yang saat ini sebagian besar dikategorikan sebagai podcast. Namun, perusahaan mengatakan akan memperbarui aplikasi dan perangkat lunaknya untuk memungkinkan pembelian a la carte dan untuk mengakomodasi buku audio dengan lebih baik.