Jumat 01 Jul 2022 16:54 WIB

Pesan Politik Rakorwil Muhammadiyah Samarinda untuk Partai-Partai

Anies dapat 100% dukungan, disusul Sandiaga 47%, dapat dukungan Rakorwil

Red: Muhammad Subarkah
Rektor UMJ memberkan paparan dalam Rakorwil Muhammadiyah di Samarinda  (25/6/2022).
Foto:

Kedua, berangkat dari pengalaman Pemilu 2019 yang berlangsung serentak, suara jamaah Muhammadiyah cenderung linier antara suara Pilpres dengan suara Pileg. Partai yang pada Pilpres mengusung calon presiden yang senafas dengan suara mainstream jamaah Muhammadiyah, potensial juga didukung oleh mainstreamjamaah Muhammadiyah, apalagi kalau partai yang bersangkutan mempunyai kedekatan historis dan emosional dengan jamaah Muhammadiyah. Sebaliknya, partai politik yang mendukung calon presiden yang tak senafas dengan pilihan suara mainstream jamaah Muhammadiyah, cenderung tidak dipilih, meskipun partai yang bersangkutan mempunyai hubungan emosional dan kesejarahan dengan jamaah Muhammadiyah.

Pada Pemilu 2019, ada tiga partai yang dinilai mempunyai kedekatan emosional maupun historis dengan jamaah Muhammadiyah, yaitu Partai Persatuan Pembangunan (PPP), Partai Amanat Nasional (PAN), dan Partai Keadilan Sejahtera (PKS). PPP adalah partai yang lahir dari fusi empat partai Islam hasil Pemilu 1971: NU, Parmusi, PSII, dan Perti. Dan Parmusi adalah partai yang di dalamnya dihuni banyak jamaah dan tokoh Muhammadiyah. Bahkan Ketua Umum dan Sekretaris Jenderal pertama Parmusi dijabat oleh Djarnawi Hadikusumo (putra Ki Bagus Hadikusumo) dan Lukman Harun (saat itu Ketua Pemuda Muhammadiyah). Dengan historisnya yang seperti ini, wajar bila masih banyak jamaah Muhammadiyah, terlebih dari kalangan tua, yang masih setia mendukung PPP.

Sementara PAN merupakan partai yang lahir atas Rekomendasi Tanwir Muhammadiyah Semarang 1998 dengan Ketua Umum pertamaanya Amien Rais, yang saat itu masih menjabat Ketua PP Muhammadiyah, sebelum akhirnya digantikan oleh Syafii Maarif. Dan terakhir PKS. Di mata sebagian jamaah Muhammadiyah, PKS masih menjadi pilihan politik dalam setiap pemilu, karena –di antaranya– simbolisasinya sebagai partai Islam. 

PAN dan PKS, yang mendukung calon presiden yang dinilai senafas dengan mainstream jamaahMuhammadiyah, memperoleh dukungan jamaah Muhammadiyah secara signifikan. Perolehan suara PAN pada Pemilu 2019 memang relatif stabil, tidak mengalami peningkatan yang signifikan. PAN mendapatkan 9.572.623 (6,84%) suara dengan 44 kursi. Namun, andai kursi DPR RI PAN dari Jawa Tengah tidak “hilang” seluruhnya, maka perolehan suara maupun kursi PAN diyakini akan meningkat dibandingkan dengan Pemilu 2014, di mana PAN mendapatkan 9.481 (7,59%) dengan 49 kursi. Pada Pemilu 2014, PAN mendapatkan 8 kursi DPR RI dari Jawa Tengah. Andai perolehan kursi DPR RI dari Jawa Tengah bertahan, maka jumlah kursi PAN bertambah menjadi 52 kursi. “Hilangnya” kursi PAN dari Jawa Tengah tampaknya lebih banyak karena sikap kritis Amien Rais kepada rezim penguasa.

Perolehan suara PKS melejit pada Pemilu 2019, yaitu mendapat suara 11.493.663 (8,21%) dengan 50 kursi, naik dibandingkan dengan Pemilu 2014, di mana PKS hanya memperoleh suara 8.480.204 (6,78%) dengan 40 kursi. Sebaliknya, PPP yang dinilai tak senafas dengan suara jamaah Muhammadiyah, hampir-hampir tidak lolos ambang batas sebesar 4%. Pada Pemilu 2014, PPP mengantongi suara 8.157.488 (6,53%) dengan 39 kursi. Hasil Pemilu 2019 perolehan suaranya turun menjadi 6.323.147 (4,52%) dengan 19 kursi.

Partai Golkar, Partai Gerindra, Partai Demokrat, dan NasDem di beberapa daerah juga masih diminati dan menjadi pilihan jamaah Muhammadiyah, namun tidak cukup signifikan bila dibandingkan dengan dukungan jamaah Muhammadiyah terhadap PAN dan PKS. 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement