REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Varian Covid-19 saat ini lebih mudah menular dari sebelumnya. Subvarian baru mendorong tingkat infeksi menjadi lebih tinggi dan semakin menjadi dominan.
“Varian BA.4 dan BA.5, merupakan 82 persen dari varian yang ada di sistem kesehatan kami saat ini,” kata Dr Janak Patel, Direktur Divisi Penyakit Menular dan Imunologi di University of Texas Medical Branch, kepada HuffPost, dikutip Sabtu (23/7/2022).
Strain saat ini unik karena alasan di luar transmisibilitasnya. Itu juga dapat menyebabkan beberapa gejala yang berbeda dibandingkan dengan jenis virus sebelumnya.
Seperti varian terbaru lainnya, sakit tenggorokan adalah gejala yang sangat umum dari BA.5. Menurut David Souleles, Direktur Tim Respons Covid-19 di University of California, Irvine, gejala paling umum dari infeksi ini termasuk batuk, kelelahan, dan sakit kepala.
Komunitas ilmiah membutuhkan waktu untuk mengumpulkan data infeksi baru ini karena varian berubah begitu cepat. Strain ini menyebabkan pilek hingga penyakit seperti flu.
Dr Pritish Tosh, Dokter dan peneliti penyakit menular di Mayo Clinic mengatakan, gejala serta tingkat keparahannya cenderung bervariasi tergantung beberapa faktor, termasuk usia, riwayat medis, dan riwayat infeksi. Tetapi sebagian besar pasien mengaku gejalanya lebih sakit dan parah dari varian sebelum-sebelumnya.
Sebut saja seperti sakit kepala terus-menerus, sering batuk, dan merasa gelisah saat malam hari. Lalu kecemasan luar biasa serta risiko long Covid.
Diperkirakan 16 juta orang mungkin memiliki kondisi tersebut setelah terinfeksi virus. Jadi, meskipun gejalanya digambarkan atau terlihat ringan, masih ada masalah yang bisa terjadi.
Untuk subvarian baru, kehilangan rasa dan penciuman lebih jarang dilaporkan. Menurut Souleles, orang-orang dites positif setelah terpapar pada tingkat yang lebih cepat daripada sebelumnya selama pandemi.
Sekarang, kebanyakan orang akan dites positif, tiga sampai lima hari setelah terpapar. BA.5 menjadi varian yang dapat menghindari antibodi dari varian terbaru lainnya.
Tapi, alasan banyak orang tidak mengalami rawat inap atau kematian berkaitan dengan kekebalan yang dibangun, baik itu dari vaksinasi, infeksi sebelumnya atau keduanya. Antibodi mencegah orang terinfeksi.
“Sel T mencegah orang menjadi sangat sakit dan membutuhkan perawatan di rumah sakit,” jelas Tosh.
Sel-T jauh lebih kuat dalam menjaga orang agar tidak sakit parah akibat varian yang berbeda, termasuk dari subvarian BA.5 saat ini. Mereka yang tidak divaksinasi masih berisiko tinggi untuk hasil yang parah.
Tingkat rawat inap orang yang divaksinasi jauh lebih rendah dibandingkan mereka yang tidak divaksinasi. Orang yang berisiko tinggi lebih mungkin menghadapi hasil lebih parah, termasuk rawat inap dan kematian.
Para ahli menekankan pentingnya individu dengan gangguan kekebalan untuk mendapatkan semua vaksinasi. Selain itu, penting menerapkan protokol kesehatan yang tepat, terutama ketika melakukan kontak dengan seseorang yang berisiko tinggi.
Vaksinasi, booster, masker, tes sebelum menghadiri acara, pengujian tiga hingga lima hari setelah diketahui terpapar, dan isolasi jika sakit, adalah beberapa poin penting yang tidak boleh dianggap remeh.
“Semua hal yang dianjurkan selama pandemi ini berlaku untuk BA.5 dan semua varian Omicron. Kami memiliki alat untuk mengendalikan ini, kami tahu apa yang harus dilakukan,” kata Souleles.
Guna menghindari paparan dan juga mengalami gejala BA.5 yang menakutkan, sebaiknya jangan kendur protokol kesehatan dan lengkapi catatan vaksinasi.