REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sisa-sisa roket raksasa China yang mengirimkan modul baru ke stasiun luar angkasanya diperkirakan akan jatuh ke Bumi awal pekan depan. Hal itu diungkap Komando Luar Angkasa AS, yang melacak lintasan roket tersebut.
Roket Long March 5B seberat 23 ton yang membawa modul laboratorium Wentian, lepas landas dari Pulau Hainan Ahad 24 Juli. Modul berhasil merapat dengan pos orbit China.
Ketika tugasnya selesai, roket jatuh tak terkendali menuju atmosfer bumi. Tidak jelas di mana puing roket akan mendarat. Penurunan tak terkendali menandai ketiga kalinya negara itu dituduh tidak menangani puing-puing luar angkasa dengan benar dari panggung roketnya.
Dilansir dari CNN, Holger Krag, kepala Kantor Puing-puing Antariksa Badan Antariksa Eropa (ESA) mengatakan praktik terbaik adalah melakukan re-entry yang terkontrol. Puing seharusnya jatuh dengan menargetkan bagian laut yang terpencil sehingga meminimalkan risiko korban.
Berdasarkan berbagai kondisi atmosfer, titik masuk yang tepat dari tahap roket ke atmosfer Bumi "tidak dapat ditentukan sampai beberapa jam setelah masuk kembali ke atmosfer. Namun, diperkirakan puing roket akan memasuki kembali atmosfer Bumi sekitar 1 Agustus.
Mengingat kemungkinan bahwa fragmen yang tersisa dapat membahayakan orang atau merusak infrastruktur, pejabat NASA dan lainnya di komunitas luar angkasa telah mengutuk China karena membiarkan potongan besar sampah luar angkasa jatuh kembali ke Bumi tanpa diarahkan.
"Jelas bahwa China gagal memenuhi standar yang bertanggung jawab mengenai puing-puing luar angkasa mereka," kata Bill Nelson, administrator NASA, tepat sebelum kendaraan peluncuran modul Tianhe, tahap inti Long March 5B jatuh kembali ke Bumi.
"Sangat penting bahwa China dan semua negara antariksa dan entitas komersial bertindak secara bertanggung jawab dan transparan di ruang angkasa untuk memastikan keselamatan, stabilitas, keamanan, dan keberlanjutan jangka panjang dari kegiatan luar angkasa," tambahnya.