Rabu 03 Aug 2022 05:02 WIB

Studi Ungkap Hepatitis Misterius Berkaitan dengan Kombinasi Virus dan Mutasi Gen

Dua virus yang berinteraksi dan mutasi gen diduga jadi penyebab hepatitis misterius.

Rep: Adysha Citra Ramadani/ Red: Reiny Dwinanda
Anak sakit (ilustrasi). Dua studi independen mengungkap kemungkinan penyebab hepatitis akut pada anak yang selama ini belum diketahui penyebabnya.
Foto:

Hipotesis ini diperkuat oleh temuan tim peneliti dari University of Glasgow. Mereka mendapati adanya jejak yang kemungkinan berasal dari adenovirus HAdV (spesies C dan F) serta human herpes virus 6B (HHV6B). Jejak HAdV C dan F ditemukan pada enam dari sembilan anak yang terkena hepatitis misterius, dan jejak HHV6B ditemukan pada tiga dari sembilan anak.

Sebagai tambahan, delapan dari sembilan anak pengidap hepatitis misterius juga memiliki satu mutasi gen yang sama yaitu HLA-DRBI*04:01. Mutasi ini sebenarnya sangat tidak umum. Di antara pendonor darah Skotlandia, hanya sekitar 15,6 persen yang memiliki mutasi ini.

Di sisi lain, studi dari UCL menemukan adanya kadar AAV2 yang tinggi pada darah dan jaringan hati milik anak penderita hepatitis misterius. Mereka juga menemukan adanya indikasi bahwa patologi hepatik kemungkinan tidak berkaitan dengan infeksi litik secara langsung dari HAdV atau AAV2. Hal ini menyiratkan bahwa hepatitis misterius kemungkinan terjadi akibat mekanisme virus yang tak langsung.

"Ini merupakan studi-studi menggelitik yang meningkatkan kemungkinan bahwa AAV2, yang dikombinasikan dengan adenovirus, berkontribusi pada kasus hepatitis yang menyerang anak-anak," jelas Direktur Divisi Penyakit Menular dari Cincinnati Children's Hospital, Dr Paul Spearman, yang tak terlibat dalam studi.

photo
Hepatitis akut misterius mengusik anak-anak. - (Republika)

Prof Emma Thompson yang terlibat dalam studi juga menyampaikan hal serupa. Dia mengungkapkan bahwa saat ini sudah ada dua studi independen yang menunjukkan hasil serupa di Inggris. Dia menilai peneliti dari berbagai negara juga perlu membuktikan temuan ini di negara mereka.

"Langkah pertama untuk mereka adalah melakukan pengetesan AAV2 dan HLA pada pasien di berbagai belahan dunia," ungkap Prof Thompson, seperti dilansir Medical News Today, Selasa (2/8/2022).

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement