Selain untuk mendongkrak penjualan dalam waktu singkat, investasi pada iklan dinilai efektif untuk membangun merek. Iklan menjadi salah satu fondasi penting karena dapat menjangkau target pasar dengan cepat dan luas sehingga mereka mengetahui, mengenal, mempercayai dan pada akhirnya membeli produk. Iklan dengan tujuan jangka panjang dapat memperkuat merek hingga dapat menjadi top of minds pelanggan.
Namun, bagaimana caranya agar kita bisa beriklan dengan optimal? Layaknya berinvestasi, kita harus melakukan penghitungan cermat dalam beriklan untuk mendapat return optimal baik dalam jangka pendek maupun panjang.
Digital Marketing Expert Yosef Adji Baskoro bekerja sama dengan Ninja Xpress pun membagikan tips investasi pada iklan, khususnya di kanal digital. Mulai dari strategi pengelolaan anggaran iklan secara optimal, faktor yang harus diperhatikan saat beriklan, hingga faktor yang mengindikasi suksesnya sebuah iklan.
Pertama, platform beriklan. Hampir di setiap social media dan search engine, mulai dari Google & Facebook, Instagram, hingga TikTok, memiliki fitur untuk beriklan mempromosikan bisnisnya. Secara teknis, ini penjelasan serta contoh dari masing-masing iklan atau ads.
Kedua, menentukan tujuan dan target pasar. Yosef mengatakan, penting sekali untuk menyesuaikan di mana kamu akan beriklan serta jenis konten seperti apa yang sesuai dengan audiens. Ada tiga tahapan yang harus diingat dalam beriklan yaitu Awareness, Consideration, Conversion.
Pada tahap awareness, pebisnis ingin memperkenalkan, menginformasikan berbagai fitur dan manfaat produk, serta meninggalkan kesan yang positif terhadap merek.
"Misalnya, jika Anda ingin membuat calon pembeli mulai memikirkan merek bisnis Anda, maka berikan informasi lebih lanjut dan bangun hubungan pelanggan yang baik mereka semakin tertarik. Kemudian jika tujuan conversion digunakan jika Anda ingin mendorong calon konsumen melakukan pembelian," jelasnya dalam keterangan resmi, Kamis (04/08/2022).
Ketiga, anggaran dan perhitungan iklan. Menurut Yosef, penentuan anggaran akan sangat tergantung dengan kondisi bisnis masing-masing. Walaupun tidak bisa digeneralisasi untuk semua industri, tetapi contoh ini bisa membantu Anda untuk menetapkan anggaran iklan.
Misalnya, keuntungan bisnis 20%, maka anggaran marketing di angka 5-10% dari omzet bisnis masih dalam kategori aman. Contohnya lainnya jika Anda hanya memiliki margin profit di angka 0,1-0,5%, tentu persentase tersebut tidak dapat diterapkan.
"Karena itu, sebagai pebisnis harus bisa menyesuaikan anggaran sesuai kemampuan. Anda tidak perlu kecil hati bila margin kecil karena kini beriklan di media sosial pun bisa dimulai dengan US$1 saja," ujar Yosef.
Keempat, faktor indikasi keberhasilan iklan.Jika tujuan Anda beriklan adalah conversion, maka matrik yang harus diperhatikan adalah ROAS (return on ads spent), pengukurannya bisa dilihat dari rasio CTR (click through rate). Menurut pengalaman Yosef, ROAS yang baik itu minimum 10x dari anggaran.
Contohnya bujet iklan Rp5 juta dan profit minimum 20%, omzet yang harus didapatkan minimal adalah Rp50 juta. Nah, omzet Rp50 juta dengan asumsi profit 20%, maka total revenue yang didapatkan adalah Rp10 juta. Jika Anda mengurangi total revenue dengan total cost (anggaran iklan), maka akan tetap untung Rp5 juta.
"Intinya, profit yang Anda dapatkan tidak boleh lebih kecil daripada biaya iklan yang dikeluarkan. Hal lain yang perlu diperhatikan adalah kualitas konten serta pengaturan iklan yang baik," terang Yosef.
Untuk belajar lebih banyak dan dibantu menjalankan strategi iklan online, kini Ninja Xpress melalui program Creative Business Solution memberikan fasilitas yang bisa mendukung iklan semakin optimal, mulai dari layanan foto & video produk, serta online marketing support.
Editor : Eva Martha Rahayu
Swa.co.id