Sabtu 24 Sep 2022 02:40 WIB

Ahli Ungkap Alasan Anda Tetap Perlu Aktifkan Airplane Mode di Ponsel Saat Terbang

Mengapa penumpang pesawat tetap harus aktifkan airplane mode saat terbang?

Rep: Desy Susilawati/ Red: Reiny Dwinanda
Airplane mode (Ilustrasi). Pakar penerbangan dari Central Queensland University, Australia menjelaskan airplane mode perlu diaktifkan ketika di pesawat.
Foto: Republika/Reiny Dwinanda
Airplane mode (Ilustrasi). Pakar penerbangan dari Central Queensland University, Australia menjelaskan airplane mode perlu diaktifkan ketika di pesawat.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Selama beberapa tahun terakhir, sejumlah ahli mengklaim bahwa sinyal ponsel tidak lagi mengganggu sinyal di pesawat. Namun, seorang pakar penerbangan mengatakan ponsel tetap penting untuk berada dalam mode pesawat (airplane mode) saat terbang.

Menurut Kepala Penerbangan di Central Queensland University Australia, Prof Doug Drury, banyak pekerjaan yang dilakukan untuk menguji keamanan ponsel di pesawat dan memisahkan frekuensinya dengan kontrol lalu lintas udara. Ia menjelaskan perangkat elektronik pribadi dapat memancarkan sinyal dalam pita frekuensi yang sama dengan sistem komunikasi dan navigasi pesawat.

Baca Juga

"Ini menciptakan apa yang dikenal sebagai interferensi elektromagnetik," ujar Prof Drury, seperti dilansir laman The Sun, Jumat (23/9/2022).

Tetapi, pada  1992, Otoritas Penerbangan Federal AS dan Boeing dalam sebuah studi independen tidak menemukan masalah dengan komputer atau perangkat elektronik pribadi lainnya selama fase penerbangan yang tidak kritis. Komisi Komunikasi Federal AS juga mulai membuat bandwidth frekuensi yang dicadangkan untuk telepon seluler dan navigasi serta komunikasi pesawat sehingga mereka tidak saling mengganggu.

Namun, berkat peningkatan 5G, sekali lagi muncul tanda tanya tentang keamanan ponsel dalam penerbangan. Menurut Prof Drury, itu karena bandwidth 5G jauh lebih dekat dengan yang digunakan oleh industri penerbangan.

"Jaringan nirkabel 5G saat ini ditujukan untuk transfer data berkecepatan lebih tinggi, dan itu telah menimbulkan kekhawatiran bagi banyak orang di industri penerbangan," ungkapnya.

Bandwidth frekuensi radio terbatas, namun mereka masih mencoba menambahkan lebih banyak perangkat baru ke dalamnya. Prof Drury menyebut industri penerbangan menunjukkan bahwa spektrum bandwidth jaringan nirkabel 5G sangat dekat dengan spektrum bandwidth penerbangan yang dicadangkan.

"Itu dapat menyebabkan gangguan pada sistem navigasi di dekat bandara yang membantu pendaratan pesawat."

Operator bandara di Australia dan AS telah menyuarakan masalah keselamatan penerbangan terkait dengan peluncuran 5G. Namun, tampaknya telah diluncurkan tanpa masalah seperti itu di Uni Eropa.

"Bagaimanapun adalah bijaksana untuk membatasi penggunaan ponsel di pesawat sementara masalah seputar 5G diselesaikan," kata Prof Drury.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement