Rabu 07 Dec 2022 01:20 WIB

Anthony Fauci Sebut Vaksin China Kurang Efektif Hambat Kemampuan Virus

Vaksin buatan China dianggap tidak setingkat dengan vaksin buatan AS.

Rep: Desy Susilawati/ Red: Nora Azizah
Vaksin buatan China dianggap tidak setingkat dengan vaksin buatan AS.
Foto: www.pixabay.com
Vaksin buatan China dianggap tidak setingkat dengan vaksin buatan AS.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kepala penasihat medis Gedung Putih, Anthony Fauci mengatakan, vaksin China kurang efektif menghambat kemampuan virus Covid-19. “Kemanjuran vaksin buatan China tidak setingkat dengan vaksin yang selama ini digunakan di Amerika Serikat,” ujarnya seperti dilansir dari laman Fortune, Selasa (6/12/2022).

Vaksin Covid 19 asal China diketahui bermerek Sinovac dan Sinopharm. Perusahaan China juga mengembangkan beberapa vaksin Covid lainnya, termasuk suntikan berbasis teknologi mRNA. Pada awal September, Beijing menyetujui vaksin Covid hirup pertama di dunia dari CanSino Biologics.

Baca Juga

Namun, China belum menyetujui vaksin yang dikembangkan asing untuk penduduknya, termasuk vaksin mRNA dari BioNTech dan Moderna. Pada awal November, Beijing akhirnya mengizinkan vaksin BioNTech untuk digunakan di dalam negeri, tetapi hanya untuk orang asing yang tinggal di China.

Vaksin Sinopharm dan Sinovac, yang menggunakan virus yang tidak aktif, kurang efektif dalam mencegah infeksi dari jenis asli Covid 19 dibandingkan vaksin mRNA yang dikembangkan barat. Meskipun, keduanya efektif dalam mencegah sakit parah dan kematian karena Covid-19.

Varian Covid baru membuat vaksin China semakin tidak efektif. Studi bulan Maret dari University of Hong Kong menemukan dua dosis Sinovac hanya 77 persen dalam mencegah kematian akibat Covid 19 pada mereka yang berusia 60 tahun atau lebih. Hal ini apabila dibandingkan dengan dua dosis BioNTech, yang memiliki efektivitas 92 persen dalam mencegah kematian.

Namun, dosis ketiganya dianggap membantu meningkatkan kemampuan Sinovac untuk melindungi dari Covid. Booster Sinovac meningkatkan kemampuan suntikan Cina untuk melindungi dari kematian hingga 98 persen, kira-kira sama dengan tiga dosis BioNTech.

Setidaknya 90 persen populasi China telah menerima setidaknya dua dosis vaksin Covid 19. Akan tetapi, negara tersebut kesulitan untuk memvaksinasi populasi lansia, terutama dengan booster. Hanya 68,6 persen dari mereka yang berusia di atas 60 tahun telah menerima suntikan penguat.

Menurut data dari Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) AS, sebagai perbandingan, 68,8 persen penduduk AS telah divaksinasi penuh. Sebanyak 93,8 persen dari mereka yang berusia di atas 65 tahun telah menerima vaksinasi lengkap, sementara 32,6 persen telah menerima penguat terbaru yang secara khusus menargetkan varian Omicron.

China mungkin akhirnya berpikir tentang cara keluar dari kebijakan kerasnya yang melarang Covid 19, yang membuat publik frustrasi dan merusak ekonomi. Pejabat kesehatan China mengatakan, mereka akan meluncurkan kampanye untuk meningkatkan tingkat vaksinasi di kalangan lansia. China juga mempertimbangkan untuk menawarkan suntikan penguat kedua. Data resmi China melaporkan 5.233 kematian akibat Covid 19 sejak dimulainya pandemi.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement