REPUBLIKA.CO.ID, PHNOM PENH -- Sebanyak tiga lumba-lumba air tawar Irrawaddy yang terancam punah telah mati dalam kurun waktu 10 hari. Kondisi ini memicu mengkhawatirkan para konservasionis di Kamboja.
World Wildlife Fund (WWF) menyatakan pada Senin (26/12/2022), kematian lumba-lumba sehat ketiga dalam periode singkat menunjukkan situasi yang semakin mengkhawatirkan. Perlu penegakan hukum yang intensif segera dilakukan untuk menjaga habitat lumba-lumba.
WWF mengatakan, tubuh lumba-lumba betina sehat yang diperkirakan berusia antara tujuh dan 10 tahun ditemukan mengambang di sungai di timur provinsi Kratie pada Sabtu (24/12/2022). Pemeriksaan bangkainya menunjukkan bahwa lumba-lumba dengan panjang 196 sentimeter dan berat 93 kilogram telah dikaitkan dan dibungkus dengan tali pancing yang kusut.
Kematian lumba-lumba Irrawaddy terbaru menyoroti perlunya penegakan hukum untuk membantu menyelamatkan spesies juga dikenal sebagai lumba-lumba Sungai Mekong.
Direktur WWF Kamboja Seng Teak mengatakan, tanpa tindakan segera peningkatan aktivitas penangkapan ikan ilegal baru-baru ini di kawasan konservasi lumba-lumba akan menghancurkan populasi dari saudara Pesut Mahakam yang ditemukan di Kalimantan Timur itu. Teak juga menganjurkan peningkatan patroli siang dan malam untuk melindungi lumba-lumba yang tersisa di kawasan konservasi.
Sensus pertama lumba-lumba Irrawaddy di Kamboja pada 1997 memperkirakan total populasinya sekitar 200 ekor. Pada 2020, populasinya diperkirakan turun menjadi 89 ekor. WWF mengatakan 11 lumba-lumba telah mati pada 2022, sehingga jumlah kematian menjadi 29 dalam tiga tahun terakhir.
Lumba-lumba Irrawaddy diklasifikasikan sebagai spesies yang terancam punah oleh International Union for Conservation of Nature. Pejabat satwa liar Kamboja mengumumkan pada Februari, kematian lumba-lumba Irrawaddy terakhir yang diketahui dalam populasi di bentangan Sungai Mekong lebih jauh ke hulu, yang tampaknya disebabkan oleh terjerat jaring ikan.