REPUBLIKA.CO.ID, MALANG -- Universitas Brawijaya (UB) melalui Rumah Sakit Universitas Brawijaya (RSUB) menerima hibah dari Uni Eropa. Hibah senilai 4,98 juta Euro atau setara dengan Rp 81 miliar ini akan digunakan untuk pembangunan laboratorium riset dan pelayanan penyakit infeksius seperti ruang isolasi, rawat darurat, dan rawat jalan di RSUB.
Wakil Rektor Bidang Perencanaan dan Kerja Sama UB, Profesor Moch. Sasmito Djati menyebut, UB selain menerima hibah dari Uni Eropa juga menerima soft loan dari KfW selaku wakil dari pemerintah Jerman senilai 37 juta euro atau sekitar Rp 600 miliar.
"Khusus anggaran hibah ini akan digunakan untuk mendukung penelitian mengenai penyakit infeksius di Universitas Brawijaya dan RSUB," tuturnya.
Program ini sendiri telah ditandatangani sejak tahun lalu. Pada awalnya memang untuk Covid-19, namun dia percaya penyakit tersebut hanya salah satu dari sekian banyak jenis penyakit infeksius. Sebab itu, ini tetap penting artinya untuk melakukan penelitian lebih lanjut. Terlebih, ini juga menjadi sebuah kesempatan penting untuk pengembangan rumah sakit kita dan bisa dimanfaatkan dengan baik.
Dubes Uni Eropa, H.E Vincent mengatakan, tujuan kunjungannya ke RSUB itu untuk melihat bagaimana perkembangan implementasi kerja sama antara UB dan EU yang juga disalurkan melalui KfW. Hal ini termasuk melihat bagaimana kerja sama ini berkontribusi kepada pemerintah Indonesia dalam rangka meningkatkan infrastruktur kesehatan dan pendidikan. Kemudian juga sekaligus untuk bersiap menghadapi kemungkinan pandemi di masa depan.
Hibah ini sendiri merupakan program yang unik. Sebab, ini merupakan kerja sama dari Uni Eropa dan pemerintah Indonesia. "Dan kami bangga bisa berkontribusi bagi Universitas Brawijaya," ungkapnya.
Sementara itu, Project Coordinator untuk RSUB, Viera Wardhani menyatakan, program ini tidak hanya untuk membangun fasilitas kesehatan tetapi juga untuk menunjang proses akademik di UB. Di tiap area di RSUB, kata dia, direncanakan ada ruang pembelajaran dan teknologi kedokteran yang memungkinkan fungsi pelayanan dan pembelajaran mahasiswa tetap berjalan tanpa mengesampingkan hak-hak pasien. Dengan demikian, pelayanan kepada pasien tetap di jalankan secara profesional namun tidak mengesampingkan tujuan pendidikan.
Tidak hanya untuk RSUB, program ini juga mencakup pemenuhan peralatan medis di Rumah Sakit Gigi dan Mulut milik Fakultas Kedokteran Gigi (FKG). Menurut dia, saat ini sedang proses penyelesaian empat lantai. Dia menargetkan pada akhir tahun ini sudah selesai dan peralatannya bisa dipenuhi segera.