Rabu 27 Sep 2023 20:10 WIB

Bali Dukung Ekonomi Biru dengan Kelola Sampah Plastik di Laut Secara Berkelanjutan

Pengelolaan sampah plastik dimulai melalui Bulan Cina Laut (BCL) di Bali.

Red: Nora Azizah
Nelayan mengangkut sampan di dekat tumpukan sampah di Pantai Kedonganan, Badung, Bali.
Foto: ANTARA FOTO/Nyoman Hendra Wibowo
Nelayan mengangkut sampan di dekat tumpukan sampah di Pantai Kedonganan, Badung, Bali.

REPUBLIKA.CO.ID, DENPASAR -- Balai Pengelolaan Sumber Daya Pesisir dan Laut (BPSPL) Denpasar mengelola sampah plastik di laut secara berkelanjutan guna mendukung ekonomi biru sejalan dengan isu utama KTT Negara Pulau dan Kepulauan (AIS), 10-11 Oktober 2023 di Bali. “Pelaksanaannya melalui Bulan Cinta Laut (BCL) yang di Bali dipusatkan di Desa Serangan, Denpasar,” kata Kepala BPSPL Denpasar Getreda Melsina Hehanussa di Denpasar, Rabu (27/9/2023).

Ada pun wilayah kerja BPSPL Denpasar meliputi Jawa Timur, Bali, NTB dan NTT. Pada 9 September 2023, BCL diselenggarakan di tiga titik yakni di Desa Serangan Denpasar, Desa Kampung Mandar-Pantai Boom, Banyuwangi dan Mataram, Ampenan Selatan, NTB.

Baca Juga

Bulan Cinta Laut dilaksanakan dengan menggandeng nelayan melalui kegiatan bersih pantai dan memungut sampah di pesisir dan laut. Khusus untuk di Bali, total sampah plastik yang dikumpulkan Januari-September 2023 mencapai 1.968 kilogram dan pada 2022 total sampah plastik mencapai 2.450 kilogram.

BCL di Desa Serangan Denpasar melibatkan 75 nelayan dari tujuh kelompok usaha bersama. Sampah plastik itu diserahkan kepada bank sampah Sire Angen yang ada di Desa Serangan dengan harga jual bervariasi misalnya botol plastik mencapai Rp 2.000 per kilogram.