Sabtu 21 Oct 2023 12:16 WIB

Ketika Golkar Menyamakan Gibran dengan Sutan Sjahrir

Ingat para pemimpin bangsa berpesan menjadi pemimpin adalah menempuh jalan penderitaa

Delegasi Indonesoa di sidang umum PBB tahun 1947. Terlihat Sutan Syahrir, KH Agus Salim, Sumitro Hadikusumo. Syahri bisa berpidatod di PBB atas jasa Faris Al Chouri, negarawan Suriah.
Foto: 30 tahun Indonesia merdeka
Delegasi Indonesoa di sidang umum PBB tahun 1947. Terlihat Sutan Syahrir, KH Agus Salim, Sumitro Hadikusumo. Syahri bisa berpidatod di PBB atas jasa Faris Al Chouri, negarawan Suriah.

Oleh: Muhammad Subarkah, Jurnalis Republika

Ada yang mendadak kelu ketika Golkar hari ini dalam pencalonan cawapres Prabowo menyandingkan (bahkan mempersamakan) Sutan Sjahrir dengan Gibran Rakabuming, putra Presiden Jokowi yang kini menjadi wali kota Solo.

Agar fair, mari kita bandingkan sosok Sutan Sjahrir di masa muda, jauh sebelum jadi perdana menteri, dan jauh dari masa kemerdekaan. Ini terutama cerita ketika Sjahrir dalam usia belia.

Anak bangsa yang paham sejarah tahu, bila kepulauan Banda Neira menjadi pulau pengasingan bagi tokoh-tokoh nasional Indonesia. Sutan Sjahrir -- dan juga Bung Hatta -- adalah pendiri bangsa yang pernah tinggal di sana selama enam tahun. Sejak muda mereka mengenyam pahit dan paham apa itu berjuang untuk kemerdekaan bangsanya.

Bahkan, saat itu seorang intelektual India menganggap Sutan Sjahrir adalah bom Asia. ’’Jadi kini saya tak mengerti bila di sosok Sutan Sjahrir sejajar dengan Gibran. Ini berlebihan,’’ kata Lukman Hakim, penulis sejarah dan mantan staf M Nasir serta staf ahli Wapres Hamzah Haz.

“Menyamakan Gibran dengan Sutan Sjahrir, menurut saya tak masuk akal. Ingat sebelum menduduki jabatan perdana menteri pada usia 36 tahun, Sjahrir sudah berjuang habis-habisan untuk kemerdekaan Indonesia. Dia rela hidup dalam pengasingan dan mempertaruhkan sikap masa depan dirinya dengan memilih Indonesia merdeka. Sjahrir dan generasi sebayanya, kala itu sudah menghayati dan paham memimpin adalah jalan menderita. Nah, kini lidah saya kelu, tak lagi bisa bicara apa-apa lagi,’’ ujarnya lagi.

Kali ini marilah kita kenang sosok Sutan Sjahrir ketika berada dalam pengasingan di pulau Banda. Di situ sudah terlihat ‘cahaya kebeliaan’ Sjahrir dalam usia sangat belia.

Sebuah gambar berisi bangunan, outdoor, properti, Arsitektur

Deskripsi dibuat secara otomatis

Keterangan foto: Rumah Sutan Syahrir ketika diasingkan kolonial di pulau Banda.

  

Lihat lanjutan tulisan di halaman berikutnya

 

 

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement