Selasa 28 May 2024 15:15 WIB

Benarkah EV Lebih Ramah Lingkungan dari Mobil Berbahan Bakar Bensin? Ini Jawabannya

Mobil listrik digadang-gadang dapat jadi kunci mengurangi emisi gas rumah kaca.

Rep: Gumanti Awaliyah/ Red: Gita Amanda
Mobil listrik digadang-gadang dapat menjadi kunci bagi dunia untuk mengurangi emisi gas rumah kaca yang menyebabkan pemanasan global. (ilustrasi)
Foto: www.pixabay.com
Mobil listrik digadang-gadang dapat menjadi kunci bagi dunia untuk mengurangi emisi gas rumah kaca yang menyebabkan pemanasan global. (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Mobil listrik digadang-gadang dapat menjadi kunci bagi dunia untuk mengurangi emisi gas rumah kaca yang menyebabkan pemanasan global. Namun klaim ini masih menjadi perdebatan mengingat produksi baterai untuk komponen utama EV melepaskan emisi yang tidak sedikit.

Untuk mencari tahu jawaban pastinya, EV Council telah menghitung angka pasti dari emisi yang dilepaskan mobil listrik. EV Council membandingkan mobil listrik dan mobil berbahan bakar bensin di Australia, kemudian melihat emisi siklus hidup-yaitu semua emisi yang dihasilkan selama seluruh tahap siklus hidup.

Baca Juga

Secara khusus, EV Council membandingkan mobil listrik di berbagai negara bagian Australia, karena setiap negara bagian menggunakan bahan bakar fosil yang berbeda untuk listrik, yang memengaruhi seberapa "bersih" mobil tersebut.

Perbandingan pertama dilihat dari segi manufaktur yang mencakup produksi bahan baku metal body mobil, interior, ban, tempat duduk, dan lainnya. Pada tahap pertama ini, kedua mobil menghasilkan profil emisi yang serupa. Mobil berbahan bakar bensin menghasilkan emisi yang sedikit lebih tinggi, yakni 8,4 ton setara karbon dioksida (tCO2e), sementara EV menghasilkan emisi 7,5 ton CO2e.

“Perbedaan ini karena mobil berbahan bakar bensin memiliki lebih banyak komponen di dalam mesinnya dibandingkan dengan mobil listrik, meskipun perbedaannya kecil,” demikian menurut perhitungan EV Council seperti dilansir ABC, Selasa (28/5/2024).

Lalu masuk ke tahap produk baterai di mana ini menjadi tahapan penting untuk melihat perbedaan antara mobil berbahan bakar bensin dan mobil listrik. Seperti diketahui bersama, mobil listrik ditenagai oleh baterai, sehingga baterainya secara signifikan lebih besar dan lebih berat, dan menggunakan lebih banyak mineral penting.

Baterai yang diproduksi di Cina memiliki emisi yang lebih tinggi daripada yang diproduksi di Eropa, dan karena sebagian besar mobil listrik Australia saat ini menggunakan baterai buatan Cina, maka baterai itulah yang digunakan di sini.

Menurut data EV Council, produksi baterai ini menambahkan emisi yang dihasilkan dari mobil listrik sebesar 7,4 ton CO2e. Artinya, dari dua tahap produksi ini emisi yang dihasilkan mobil listrik mencapai 14,9 ton CO2e, sementara mobil berbahan bakar bensin tetap di angka 8,4 ton CO2e.

Para pakar iklim dan bahkan Panel Antarpemerintah tentang Perubahan Iklim (IPCC) yang terbaru memperkirakan bahwa angka-angka ini akan turun karena lebih banyak energi terbarukan yang digunakan di tahun-tahun mendatang untuk membuat baterai.

"Jadi energi yang dibutuhkan untuk memproduksi baterai di dekarbonisasi, dan karena itu memiliki emisi yang lebih rendah," kata peneliti transportasi dari University of Technology Sydney, Robin Smit.

Selanjutnya, menghitung emisi gas buang dari kendaraan selama dikendarai di jalan. Biro Statistik Australia (ABS) memperkirakan rata-rata mobil Australia menempuh jarak sekitar 12.600 kilometer per tahun, atau 189 ribu kilometer selama masa pakainya, jadi itulah yang digunakan dalam pemodelan ini.

Mobil berbahan bakar bensin digerakkan oleh pembakaran bahan bakar, yang melepaskan emisi ke atmosfer dan merupakan penyebab utama perubahan iklim. Ini disebut sebagai emisi gas buang. Pada tahap ini, mobil berbahan bakar bensin menghasilkan lonjakan emisi yang sangat tinggi yaitu hampir 46 ton karbondioksida selama masa pakainya di jalan raya.

Angka-angka ini juga memperhitungkan emisi yang berasal dari penyulingan dan pengangkutan bahan bakar. "Ketika Anda melihat bahan bakar fosil, bahan bakar tersebut harus diekstraksi, diproses, dan kemudian diangkut ke SPBU, misalnya, agar tersedia. Jadi ada biaya emisi gas rumah kaca yang terkait dengan hal tersebut," kata Profesor Smit.

Sementara itu, pada tahap ini, mobil listrik menghasilkan 10,5 ton karbondioksida, jauh lebih sedikit dibandingkan mobil berbahan bakar bensin. Angka ini didapat dari bauran energi pada tahun 2022, di mana 68 persen dari total listrik Australia berasal dari bahan bakar fosil dan 32 persennya dari energi terbarukan.

“Anda dapat melihat emisi untuk mobil berbahan bakar bensin meningkat, sementara kurva emisi siklus hidup mobil listrik mendatar. Hal ini karena komposisi jaringan listrik kita berubah dengan cepat dan lebih banyak energi terbarukan yang mulai beroperasi,” kata Smit.

Jadi secara keseluruhan, setiap mobil listrik akan menghasilkan emisi yang lebih sedikit dibandingkan dengan mobil berbahan bakar bensin, di mana pun mobil listrik tersebut diisi dayanya. Bahkan dengan jaringan listrik yang masih menggunakan beberapa bahan bakar fosil, mobil listrik memiliki emisi karbon yang jauh lebih rendah secara keseluruhan, dan itu akan terus menurun seiring dengan semakin ramah lingkungannya listrik. 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement