Senin 07 Oct 2024 01:23 WIB

Menjaga Memori Bangsa Melalui Warisan Audiovisual Indonesia

Rekaman film, televisi, radio, dan digital saksi bisu perkembangan zaman.

Red: Karta Raharja Ucu
Fajar Syuderajat, Penulis Skenario; Dosen TV dan Film; Fikom Unpad
Foto:

Tantangan dan Potensi

Tantangan pelestarian warisan audiovisual di Indonesia sangat kompleks. Salah satu hambatan terbesar adalah “kurangnya dana”. Proses restorasi dan digitalisasi arsip audiovisual membutuhkan biaya besar, terutama untuk peralatan teknis yang canggih dan tenaga ahli yang berpengalaman.

Selain itu, penyimpanan fisik untuk arsip-arsip ini juga menjadi masalah serius. Arsip audiovisual, terutama film-film lama, memerlukan penyimpanan di lingkungan dengan pengaturan suhu dan kelembaban yang ketat untuk mencegah kerusakan. Sayangnya, fasilitas seperti ini belum banyak tersedia di Indonesia.

Selain masalah infrastruktur, “kesadaran masyarakat dan pemerintah” tentang pentingnya pelestarian warisan audiovisual juga masih rendah. Banyak yang belum menyadari bahwa arsip audiovisual memiliki nilai yang setara dengan dokumen-dokumen tertulis seperti naskah kuno atau arsip sejarah lainnya.

Rekaman siaran televisi tentang Proklamasi Kemerdekaan, film dokumenter perjuangan bangsa, atau rekaman kesenian tradisional adalah sumber sejarah yang sangat berharga. Namun, jika tidak dirawat dengan baik, semua ini bisa hilang.

Teknologi yang cepat berubah juga menjadi tantangan tersendiri. Banyak arsip audiovisual yang disimpan dalam format lama, seperti kaset video Betamax, VHS, atau film seluloid, sudah tidak kompatibel dengan teknologi pemutaran yang ada saat ini. Tanpa segera melakukan digitalisasi, kita akan kehilangan akses terhadap banyak karya yang tersimpan dalam format-format tersebut.

Digitalisasi arsip audiovisual adalah salah satu cara efektif untuk menyelamatkan warisan ini. Dengan semakin canggihnya teknologi, arsip-arsip lama yang berbentuk analog dapat diubah menjadi format digital yang lebih tahan lama dan mudah diakses. Sayangnya, upaya ini masih terhambat oleh keterbatasan infrastruktur, keterampilan teknis, serta pendanaan.

Warisan audiovisual, termasuk film, rekaman suara, dan program televisi, tidak hanya penting sebagai dokumentasi sejarah, tetapi juga sebagai bagian dari identitas budaya nasional. Arsip ini mencerminkan perkembangan sosial, politik, dan budaya yang terjadi di Indonesia. Film-film klasik seperti “Tiga Dara” (1956) dan “Badai Pasti Berlalu” (1977) bukan hanya karya seni, tetapi juga cermin dari zaman yang berbeda.

Selain itu, warisan audiovisual juga berfungsi sebagai media edukasi dan inspirasi bagi generasi muda. Film dan rekaman lama bisa menjadi alat pembelajaran yang efektif untuk memahami sejarah dan budaya bangsa. Misalnya, siswa bisa melihat langsung peristiwa bersejarah melalui rekaman dokumenter atau memahami perubahan sosial melalui film-film dari berbagai era.

Lebih jauh lagi, pelestarian warisan audiovisual bisa mendukung ekonomi kreatif. Arsip audiovisual yang telah didigitalkan bisa dijadikan bahan untuk pembuatan karya baru, seperti remake film, pertunjukan teater, atau bahkan konten kreatif di media sosial. Dengan begitu, warisan ini tidak hanya dilestarikan tetapi juga diberdayakan untuk menciptakan nilai ekonomi baru.

Membangun Kesadaran: Langkah-Langkah Konkret

Untuk mengatasi masalah ini, kesadaran publik dan pemerintah harus ditingkatkan. Salah satu langkah yang dapat diambil adalah meluncurkan kampanye nasional untuk meningkatkan pemahaman masyarakat tentang pentingnya pelestarian arsip audiovisual. Kampanye ini bisa dilakukan melalui media sosial, televisi, radio, hingga penyelenggaraan acara-acara publik seperti pameran dan diskusi yang menyoroti pentingnya pelestarian arsip.

Selain itu, digitalisasi arsip secara masif harus menjadi prioritas. Pemerintah melalui Arsip Nasional atau Sinematek Indonesia bisa mengalokasikan dana khusus untuk proyek digitalisasi ini. Digitalisasi adalah cara paling efektif untuk menyelamatkan arsip audiovisual dari kerusakan permanen dan memastikan bahwa rekaman-rekaman berharga ini bisa diakses oleh generasi mendatang.

Penguatan infrastruktur penyimpanan juga sangat penting. Pemerintah perlu membangun fasilitas penyimpanan arsip yang memenuhi standar internasional. Fasilitas ini harus mampu menjaga suhu dan kelembaban yang stabil, serta dilengkapi dengan teknologi yang memadai untuk menyimpan dan mengolah arsip audiovisual.

Kolaborasi dengan lembaga nasional maupun internasional seperti UNESCO dan World Cinema Project juga bisa menjadi solusi dalam menghadapi tantangan pelestarian ini. Kerjasama seperti ini perlu terus ditingkatkan, baik dalam hal restorasi maupun pelatihan bagi tenaga ahli di Indonesia. Dalam konteks nasional bisa diusahakan melakukan penggalangan dana atau crowd funding untuk menambah gairah restorasi digital yang memakan biaya tinggi.

Tak kalah pentingnya juga yaitu, inklusi dalam pendidikan. Pentingnya pelestarian warisan audiovisual harus diajarkan di sekolah-sekolah dan universitas. Dengan memasukkan materi pelestarian budaya dalam kurikulum, generasi muda akan lebih memahami pentingnya menjaga warisan sejarah yang tak ternilai ini.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement