Kamis 31 Oct 2024 15:18 WIB

Waspadai Peningkatan Curah Hujan dan Cuaca Esktrem di Jateng

Curah hujan akan lebih intens terjadi mengingat sudah masuk musim hujan.

Truk mengangkut warga melintasi banjir di Desa Tanjung Karang, Jati, Kudus, Jawa Tengah, Selasa (19/3/2024).
Foto: ANTARA FOTO/Yusuf Nugroho
Truk mengangkut warga melintasi banjir di Desa Tanjung Karang, Jati, Kudus, Jawa Tengah, Selasa (19/3/2024).

REPUBLIKA.CO.ID, CILACAP -- Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mengimbau masyarakat di wilayah Jawa Tengah (Jateng) bagian selatan, khususnya Kabupaten Cilacap, Banyumas, dan sekitarnya untuk mewaspadai peningkatan curah hujan pada November 2024. BMKG juga meminta masyarakat terkait adanya potensi cuaca ekstem.

"Terkait dengan perkembangan musim hujan, curah hujan pada November diprakirakan tinggi. Secara umum prakiraan curah hujan berkisar 300 milimeter hingga lebih dari 500 milimeter, dengan sifat hujan normal," kata Kepala Kelompok Teknisi BMKG Stasiun Meteorologi (Stamet) Tunggul Wulung Cilacap Teguh Wardoyo, di Cilacap, Kamis.

Bahkan, berdasarkan pengamatan Stamet Tunggul Wulung Cilacap, kata dia, curah hujan lebat yang berkisar 50-100 milimeter per hari sudah mulai terjadi di sejumlah wilayah Jateng bagian selatan. Menurut dia, hal itu terpantau dari data curah hujan yang terjadi di wilayah pesisir Cilacap pada Rabu (30/10) malam yang tercatat mencapai 92 milimeter.

"Prakiraan cuaca untuk Cilacap, Banyumas, dan sekitarnya, dalam dua hari ke depan berpotensi terjadi hujan dengan intensitas sedang hingga lebat, yang kadang disertai petir dan angin kencang," katanya.

Ia mengatakan potensi cuaca ekstrem itu karena adanya aktivitas gelombang ekuatorial Rossby yang mendukung aktivitas konvektif di wilayah Jateng, kelembapan udara yang cenderung basah, dan labilitas lokal yang kuat.

Dalam perkembangannya ke depan, kata dia, curah hujan akan lebih intens terjadi mengingat sudah masuk musim hujan. "Oleh karena itu, kewaspadaan harus ditingkatkan terutama bagi warga di daerah yang rawan banjir dan longsor," katanya.

Terkait dengan suhu udara yang terasa panas dalam beberapa hari terakhir, dia mengatakan berdasarkan pengamatan yang dilakukan di Stamet Tunggul Wulung Cilacap, suhu udara maksimum khususnya di Cilacap pada Rabu (30/10) dan beberapa hari sebelumnya masih dalam kategori normal karena tercatat 32 derajat Celcius.

Berdasarkan data klimatologi atau data 30 tahun terakhir, suhu udara maksimum di Cilacap pada Oktober 2016 tercatat pernah mencapai 34 derajat Celcius. "Pemicu peningkatan suhu tersebut adalah posisi matahari yang sekarang berada di belahan bumi selatan. Di samping itu juga minimnya tutupan awan di langit, yang berakibat sinar matahari tanpa penghalang langsung mengenai bumi," kata Teguh.

 

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement