Umat Islam di seluruh dunia meyakini bahwa sesungguhnya Isa putra Maryam, adalah seorang Nabi yang diutus oleh Allah kepada Bani Israil. ‘Dan (ingatlah) ketika Isa ibnu Maryam berkata: “Hai Bani Israil, sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepadamu, membenarkan kitab sebelumku, yaitu Taurat dan memberi kabar gembira dengan (datangnya) seorang Rasul yang akan datang sesudahku, yang namanya Ahmad (Muhammad).” (QS Ash-Shaff [67]: 6).
Kepadanya diberikan berbagai mukjizat, di antaranya membuat burung dari tanah, menyembuhkan orang buta dan penyakit kusta, serta menghidupkan orang mati dengan izin Allah. Dengan berbagai mukjizat itu, Isa Alaihissalam (AS) mengajak umatnya agar beriman kepada Allah SWT.
Menurut sebagian ulama, Isa berdakwah di daerah al-Jalil (Ghalilea). Lihatlah buku Atlas Sejarah Nabi dan Rasul karya Sami bin Abdullah al Maghluts. Namun sayangnya, hanya sedikit yang beriman kepada Allah. Parahnya lagi, berbagai kemukjizatan Isa yang mampu berbicara kepada manusia sejak masih bayi malah dianggap sebagai anak Tuhan. Padahal, Allah SWT tidak punya anak dan tidak pula diperanakkan. (QS Al-Ikhlas [112]: 1-4)
Kaum Yahudi lantas memintanya untuk menunjukkan mukjizat yang dapat memperkuat dan membenarkan dakwahnya. Maka, Isa pun menunjukkan bukti kemukjizatan pada mereka. Sayangnya, kemukjizatan itu tak juga membuat mereka beriman kepada Allah SWT.
Ketika Nabi Isa merasakan kekufuran dan keingkaran Bani Israil, lalu Isa berangkat menuju Baitul Maqdis pada hari raya umat Yahudi. Orang-orang di sekitarnya kemudian berkumpul. Kejadian itu membuat marah para pendeta Yahudi hingga mereka membuat berita dusta tentang Isa kepada penguasa Romawi, Raja Pilathus, pengganti Herodes di Palestina.
Sang Raja kemudian meminta mereka untuk mengadili dan menghukum Isa. Salah seorang dari sahabat Isa (kelompok Hawariyyun), yakni Yahudza Askharyuthi (Yudas Iskariot), berkhianat. Ia menunjukkan persembunyian Nabi Isa AS kepada orang-orang Yahudi itu. Atas kehendak Allah, sebelum mereka menangkapnya, Isa diangkat oleh Allah. Sedangkan si pengkhianat, Yudas Iskariot, diserupakan oleh Allah seperti wajahnya Nabi Isa. Maka, dialah yang ditangkap oleh orang Yahudi itu dan kemudian menyalibnya di daerah Golgota (Palestina).
"Sesungguhnya kami telah membunuh Al Masih, Isa putra Maryam, Rasul Allah, padahal mereka tidak membunuhnya dan tidak (pula) menyalibnya, tetapi (yang mereka bunuh ialah) orang yang diserupakan dengan Isa bagi mereka. Sesungguhnya orang-orang yang berselisih paham tentang (pembunuhan) Isa, benar-benar dalam keragu-raguan tentang yang dibunuh itu. Mereka tidak mempunyai keyakin an tentang siapa yang dibunuh itu, kecuali mengikuti persangkaan belaka, mereka tidak (pula) yakin bahwa yang mereka bunuh itu adalah Isa." (QS An-Nisaa [4]: 157).
Berdasarkan keterangan ayat tersebut, sesungguhnya orang-orang yang membunuhnya itu masih berselisih paham. Benarkah yang mereka salib itu Isa putra Maryam ataukah orang lain. Namun, karena kebekuan hati mereka yang telah sesat, mereka menganggap bahwa Nabi Isa-lah yang mereka salib. Padahal, sesungguhnya yang mereka salib adalah pengkhianat Isa yang telah diserupakan wajahnya oleh Allah.
Matius mengisahkan proses penyaliban itu. Maka sampailah mereka di suatu tempat yang bernama Golgota, yaitu gunung tengkorak. Lalu mereka memberi dia minum anggur bercampur empedu. Setelah ia mengecapnya, ia tidak mau meminumnya. Sesudah menyalibnya, mereka membagi-bagikan pakaian dengan membuang undi. Lalu mereka duduk di situ dan menjaganya. Dan di atas kepalanya terpasang tulisan yang menyebut alasan mengapa Ia dihukum. "Inilah Yesus Raja orang Yahudi. Bersama dengan Dia disalib dua orang penyamun, masing-masing di sebelah kiri dan kanan."
Orang-orang yang lewat di sekitarnya menghujatnya dan sambil menggelengkan kepala mereka berkata: "Hai Engkau yang mau merobohkan Bait Suci dan mau membangunnya kembali dalam tiga hari, selamatkanlah dirimu jika engkau anak Tuhan, turunlah dari Salib itu." Demikian juga imam-imam kepala bersama-sama ahli Taurat dan tua-tua mengolok-olok dia dan mereka berkata: "Orang lain ia selamatkan, tetapi dirinya sendiri tidak dapat ia selamatkan. Ia raja Israel, baiklah ia turun dari salib itu dan kami akan percaya kepadanya. Ia menaruh harapannya kepada Allah, baiklah Allah menyelamatkan dia, jikalau Allah berkenan kepadanya. Karena ia telah berkata: "Akulah anak Allah." Bahkan, penyamun-penyamun yang disalibkan bersamasama dengan dia mencelanya.
Kira-kira jam tiga, berserulah Yesus dengan suara nyaring. "Tuhanku, Tuhanku, mengapa Engkau meninggalkan Aku?" Mendengar itu, beberapa orang yang berdiri di situ berkata: "Ia memanggil Elia (Tuhan)." Dan, segeralah datang seseorang dari mereka; Ia mengambil bunga karang dan mencelupkannya ke dalam anggur asam, lalu mencucukkannya pada sebatang buluh dan memberi Yesus minum.
Tetapi, orang lain berkata: "Jangan, baiklah kita lihat, apakah Elia datang untuk menyelematkannya." Yesus berkata pula dengan suara nyaring lalu menyerahkan nyawanya.(Matius 27: 33-50).
Dengan dihiasi ‘mahkota duri’ dan tubuh yang sudah lemah karena dipukul, ditampar, ditendang, dan dicambuk, Yesus dipaksa mengangkat kayu salib-Nya menuju bukit Golgota. Golgota, dalam bahasa Latin disebut Kalvary yang artinya bukit Tengkorak. Disebut demikian karena bentuk bukit tersebut seperti tengkorak (Lihat Lukas 23:33). Dan Pilatus menyuruh memasang juga tulisan di atas kayu salib itu, bunyinya: "Yesus, orang Nazaret, Raja orang Yahudi." (Yoh 19:1619). ?