REPUBLIKA.CO.ID, LONDON--Carlo Ancelotti bersiap mencetak rekor baru, menjadi manajer pertama Chelsea yang mampu menyandingkan trofi Liga Primer Inggris dan Piala FA dalam semusim. Sejarah itu bakal terjadi di Stadion Wembley, Sabtu (15/5) ini, saat Chelsea meladeni perlawanan tim 'underdog', Portsmouth.
Jika Chelsea menjungkalkan Portsmouth, Ancelotti akan mengikuti jejak Kenny Dalglish di tahun 1986 di Liverpool sebagai manajer yang sukses mengawinkan gelar Liga Primer dan FA di musim pertama.
Carletto, sapaan karib Ancelotti, mengungkapkan bahwa dirinya sangat ingin mengawinkan gelar ini. Awalnya, ia mengaku tidak mengerti mengapa Piala FA isangat penting bagi setiap klub di Inggris. Namun setelah menjadi manajer Chelsea musim ini, ia baru sadar gengsi Piala FA jauh melebihi Coppa Italia.
Piala FA adalah kompetisi tertua di Inggris dan banyak terjadi kejutan saat tim kecil menantang tim unggulan. Di atas kertas, Chelsea lebih diunggulkan karena barisan pemain berkualitas di tim ini. Namun, kata Ancelotti, semua sia-sia jika para pemainnya tidak menampilkan permainan terbaik.
"Jika kami bermain bagus, kami bisa menang. Jika Portsmouth bermain lebih bagus, maka mereka juga bisa menang," tegas Carletto mengingatkan para pemainnya.
Chelsea memang unggul segalanya, tapi Ancelotti menyebutkan para pemainnya harus bekerja keras untuk mengalahkan 'The Pompey', julukan Portsmouth. Pompey, kata Ancelotti, selalu tampil bagus di Piala FA meski tertatih-tatih di Liga Primer. Ini dibuktikan dengan menjadi juara Piala FA pada 2008.
Pompey juga punya sosok di belakang layar yang cukup dihormati Ancelotti, yaitu Avram Grant. Ia sempat membawa Chelsea ke final Piala Carling dan Liga Champions, meski gagal di keduanya.
Faktor Avram Grant menentukan
Polesan Grant ditambah motivasi para pemain Portsmouth untuk menghadirkan kejutan bakal menyulitkan Chelsea. "Kami harus fokus karena akan bermain melawan tim yang punya motivasi tinggi," kata Ancelotti.
Faktor Grant dan motivasi pemain menjadi kunci bagi Portsmouth untuk mengalahkan Chelsea. Grant, meski bersahabat dengan pemilik Chelsea Roman Abramovich, dikabarkan sangat kecewa dengan pemecatannya. Ia berharap final ini merupakan ajang balas dendam terhadap keputusan manajamen Chelsea.
Grant menyebutkan semangat pantang menyerah adalah salah satu kekuatan timnya. Selain itu, ia memuji suporter Pompey sebagai kekuatan tambahan. "Dukungan mereka akan memberikan tambahan kekuatan bagi para pemain kami," kata Grant.
Gelandang Pompey, Hayden Mullins, menyebutkan ia dan rekan-rekannya akan bermain lepas. "Tidak ada tekanan pada kami, tekanan ada pada Chelsea. Semakin lama kami membuat mereka tidak bisa berbuat apa-apa, semakin besdar tekanan mereka hadapi," kata Mullins.
Pompey boleh bermimpin bisa mengalahkan Chelsea. Namun, mereka harus menghadapi fakta tidak mengenakkan jika menghadapi Chelsea. Sejak mengalahkan Chelsea 1-0 di Piala Carling pada 1960, Pompey tidak pernah bisa lagi menang dari 27 pertemuan berikutnya. Chelsea menang 21 kali dan enam sisanya berakhir imbang.
Di Liga Primer musim ini, Chelsea menang dua kali, memasukkan tujuh gol dan hanya kemasukan satu gol.
Portsmouth adalah klub kelima yang terdegradasi dan tampil di final Piala FA pada musim yang sama. Sebelumnya ini dilakukan oleh Manchester City (1926), Leicester City (1969), Brighton (1983), dan Middlesbrough (1997). Tidak satu pun tim tersebut yang keluar sebagai juara. Kebetulan, Middlesbrough takluk di tangan Chelsea dengan skor 0-2 saat itu.
Ancelotti akan menurunkan tim yang sama saat mengalahkan Wigan 8-0 pekan lalu. Hanya Branislav Ivanovic yang masih diragukan tampil akibat cedera. Paolo Ferreira siap diturunkan menggantikan Ivanovic.
Dari kubu Pompey, Jamie O'Hara, gelandang pinjaman asal Tottenham Hotspur masih bermasalah dengan cedera punggung dan kemungkinan tidak bisa dimainkan. Grant berharap banyak pada striker pinjaman asal Lyon, Frederic Piquionne, untuk menjebol gawang Petr Cech.
Chelsea mendapatkan kehormatan menggunakan seragam utama berwarna biru, sedangkan Portsmouth akan mengenakan kaos putih.