REPUBLIKA.CO.ID, MOGADISHU--Pemboman gencar di Mogadishu, ibukota Somalia, menewaskan sedikitnya 24 orang dan melukai puluhan lain, Ahad (16/5). Sementara itu, parlemen Somalia mengeluarkan mosi tidak percaya pada pemerintah.
Ketua parlemen Sheikh Aden Madobe mengatakan, ia telah mendesak presiden membentuk pemerintah baru. Seorang anggota sekretariat parlemen yang tidak bersedia disebutkan namanya mengonfirmasi mosi tidak percaya itu.
"Sebanyak 280 suara menentang pemerintah, 30 mendukung dan delapan tidak memberikan jawaban. Karenanya kami akan meminta Presiden Sheikh Sharif segera membentuk pemerintah," kata Madobe kepada Reuters melalui telefon.
Namun, keadaan masih simpang-siur karena beberapa wakil rakyat membantah pernyataan ketua parlemen tersebut dan mengatakan, pemungutan suara itu tidak pernah berlangsung dan mereka kenyataannya akan melakukan voting segera untuk menentukan nasib jabatan Madobe.
"Kami tidak memberinya kesempatan untuk melakukan pemungutan suara untuk mosi tidak percaya. Setiap anggota parlemen meneriakinya, mengatakan kepadanya `anda bukan ketua`," kata anggota parlemen Sheikh Ahmed Yusuf kepada Reuters.
Sejumlah analis mengatakan bahwa mosi tidak percaya itu, jika benar, mungkin tidak akan ditanggapi dengan serius oleh Presiden Sheikh Sharif Ahmed, yang pemerintahnya sedang memerangi gerilyawan muslim garis keras.
Kerja parlemen lumpuh tahun ini, dan banyak anggotanya tinggal di Kenya, Eropa dan Amerika Serikat (AS), karena kekhawatiran keamanan. Parlemen juga terpecah menyangkut jangka waktu tugas ketua dan kompetensinya.
Sementara itu, ketika parlemen melakukan pertemuan untuk pertama kali sejak Desember, gerilyawan Al-Shabaab menembakkan mortir ke gedung parlemen, yang menyulut pemboman balasan dari pasukan penjaga perdamaian Uni Afrika.
Sebuah kelompok hak asasi manusia menyebut jumlah korban tewas 24, sementara pertempuran mortir terus berlangsung setelah pertemuan parlemen berakhir.
"Korban tewas kini mencapai 24 dan mungkin meningkat karena pemboman mengerikan masih berlanjut. Rumah-rumah sakit Mogadishu penuh dengan korban yang terluka. Sejauh ini kami menghitung sedikitnya 58 orang cedera," kata Ali Yahin Gedi, wakil ketua kelompok Elman.
Organisasi teroris
Pihak Washington AS menyebut Al-Shabaab sebagai sebuah organisasi teroris yang memiliki hubungan dekat dengan jaringan al-Qaeda pimpinan Osama bin Laden.
Milisi garis Al-Shabaab dan sekutunya, Hezb al-Islam, berusaha menggulingkan pemerintah Presiden Sharif Ahmed ketika mereka meluncurkan ofensif mematikan pada Mei tahun lalu.
Mereka menghadapi perlawanan sengit dari kelompok milisi pro-pemerintah yang menentang pemberlakuan hukum Islam yang ketat di wilayah Somalia tengah dan selatan yang mereka kuasai.
Al-Shabaab dan kelompok gerilya garis keras lain ingin memberlakukan hukum sharia yang ketat di Somalia dan juga telah melakukan eksekusi-eksekusi, pelemparan batu dan amputasi di wilayah selatan dan tengah.
Somalia dilanda pergolakan kekuasaan dan anarkisme sejak panglima-panglima perang menggulingkan diktator militer Mohamed Siad Barre pada 1991. Penculikan, kekerasan mematikan dan perompakan melanda negara tersebut.
Sejak awal 2007, gerilyawan menggunakan taktik bergaya Irak, termasuk serangan-serangan bom dan pembunuhan pejabat, pekerja bantuan, intelektual dan prajurit Ethiopia.
Ribuan orang tewas dan sekitar satu juta orang hidup di tempat-tempat pengungsian di dalam negeri akibat konflik tersebut.
Pemerintahan sementara telah menandatangani perjanjian perdamaian dengan sejumlah tokoh oposisi. Namun kesepakatan itu ditolak oleh Al-Shabaab dan kelompok-kelompok lain oposisi yang berhaluan keras.