REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA--Wakil Ketua Umum Partai Demokrat Ahmad Mubarok memperkirakan hanya akan ada dua calon yang bertarung pada pemilihan Ketua Umum Partai Demokrat pada kongres di Bandung, 21-23 Mei mendatang.
"Kedua calon yang kemungkinan akan tampil adalah Andi Mallarangeng dan Anas Urbaningrum. Sedangkan Marzuki saya perkirakan tidak jadi maju pada pemilihan ketua umum," kata Ahmad Mubarok di Jakarta, Senin.
Dikatakannya, jika ada dua calon yang tampil maka berdasarkan draft tata tertib mekanisme pemilihan dilakukan dengan cara penghitungan suara, bukan aklamasi. Kalau calonnya lebih dari satu, katanya, dirinya mengusulkan agar proses pemungutan suara dilakukan melalui mekanisme voting tertutup secara manual. "Karena lebih demokratis dan rahasia," katanya.
Ditanya soal kemungkinan munculnya kuda hitam, menurut Mubarok, belum tampak dan kemungkinan tidak ada. Menurut dia, kuda hitam sangat sulit untuk muncul karena memerlukan sejumlah persiapan dan sampai saat ini selain tiga kandidat yang meramaikan bursa ketua umum tidak ada nama lain yang mempersiapkan diri.
Ditanya soal munculnya Hadi Utomo pada Kongres I Partai Demokrat tahun 2005 sebagai kuda hutam, menurut dia, bukan kuda hitam. "Hadi Utomo bukan kuda hitam karena telah mempersiapkan diri cukup lama, cuma memang persiapannya secara rahasia," katanya.
Dikatakannya, saat ini Anas Urbaningrum juga terus melakukan konsolidasi secara intensif tapi sebagian operasionalnya dilakukan secara "silent operation" karena jarang terekspose.
Kandidat Ketua Umum Partai Demokrat, Anas Urbaningrum mengatakan, proses pemilihan ketua umum melalui mekanisme pemungutan suara atau aklamasi dua-duanya halal, tergantung kondisi lapangan.
Aklamasi atau pemungutan suara, kata dia, hanya merupakan metode pengambilan keputusan.
"Kalau calonnya hanya satu atau calon yang memenuhi syarat hanya satu dilakukan aklamasi. Tapi kalau calon yang memenuhi syarat lebih dari satu harus dilakukan pemungutan suara," katanya.
Anas menegaskan, substansinya bukan pada proses pemungutan suara atau aklamasi, tapi bagaimana membangun kompetisi yang demokratis, sehat dan memberikan kebebasan memilih kepada peserta.